Opini
Mimbar Jumat: Tetap Konsisten Meski Ramadhan Telah Berlalu
Ramadhan memang penuh dengan keistimewaan, puasa yang dilakukan akan menjadikan pelakunya mendapatkan pengampunan dari Allah SWT
Memperbanyak ibadah dan amal kebaikan tidak kalah pentingnya menjaga diri dari hal-hal duniawi agar sepenuhnya fokus pada ibadah.
Kesungguhan dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir Ramadhan juga dimaknai sebagai sebuah ikhtiar untuk menutup bulan suci Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Namun satu hal yang tidak boleh terlupa bahwa Allah SWT akan terus melihat dan mengawasi kita di luar bulan Ramadhan.
Pada al Qur'an surat al-Hjir ayat 99 Allah swt berfirman: dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu (kematian).
Ayat ini dengan jelas mengajarkan bahwa ibadah tidak hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, atau pada bulan Ramadhan saja tetapi harus dilakukan secara terus-menerus, konsisten hingga akhir hayat.
Pada ayat perintah pelaksanaan puasa Ramadhan pun telah ada kejelasan tentang konsistensi yang harus terus dijaga pasca Ramadhan.
Firman Allah: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS al-Baqarah, 185).
Tiga kata penting dalam ayat yang menunjuk pada arti kesungguhan, konsistensi dan kesinambungan, yaitu pertama dari nama Ramadhan, sebagaimana dalam kaidah tafsir keutamaan yang disebut pada satu waktu atau tempat diindikasikan tidak hanya ditujukan pada waktu atau tempat yang disebutkan, tetapi menegaskan akan aura kebaikan yang disebutkan pada keutamaan amaliah tetap terus dibawa meskipun tidak berada pada waktu dan tempat yang sama.
Maknanya puasa dengan tujuan untuk menjadi seorang yang bertaqwa tidak hanya menjadi ikhtiar di bulan Ramadhan saja.
Kedua kata la'alla menunjukkan sesuatu yang hanya bisa diperoleh dengan sungguh-sungguh. Ciri dari sebuah pekerjaan yang dilakukan dengan kesungguhan adalah konsistensi dan berkesinambungan. Tidak hanya dilakukan satu kali atau sesekali saja, namun berulang dan mengalami peningkatan.
Selanjutnya kata tattakun pada akhir ayat menyambung kata la'allakum tattaqun bermakna agar kamu menjadi taqwa, menggunakan fi'il mudhari' yang bermakna kesinambungan, tidak hanya sesaat, tetapi tetap selamanya.
Kebaikan yang telah kita latih keterampilan tenaga dengan penuh keikhlasan dan memotivasi diri di bulan Ramadhan akan sangat memberi makna apabila tetap dijaga sepanjang waktu ke depannya.
Rasulullah bersabda: amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Muslim no. 782).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa yang lebih penting dari banyaknya amal adalah konsistensinya.
Sungguh sangat mendalam ibarat baju yang sudah dicuci bersih namun ke depannya tidak dijaga lagi malah diceburkan kembali ke lumpur noda.
Musik Lokal Menjadi Nada Terkunci di Dunia Usaha: Perspektif Marketing dalam “Brand Legacy” Musik |
![]() |
---|
Merdeka Belajar, Merdeka Beriman: Refleksi Hari Kemerdekaan dalam Bingkai Pendidikan Islam |
![]() |
---|
Pengoplosan Beras Mengindikasikan Lemahnya Posisi Kosumen? |
![]() |
---|
Menelisik Tren Hunian Hotel di OKU: Antara Tantangan dan Optimisme |
![]() |
---|
NTP dan NTUP Sumsel Turun: Apa Artinya Bagi Ketahanan Petani? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.