Mata Lokal Desa

Jejak Kerajaan Mataram di Musi Rawas, Desa Mataram Saksi Bisu Kolonisasi Belanda dan Abdi Dalem

Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas, tersembunyi sebuah desa dengan nama yang sarat akan sejarah yakni Desa Mataram.

Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COm / Eko Mustiawan
DESA MATARAM - Suasana di Simpang Tiga depan Kantor Desa Mataram, Rabu (12/3/2025). Simpang tersebut menjadi penanda awal mula terbentuknya kecamatan Tugumulya, 

SRIPOKU.COM, MUSI RAWAS - Di tengah hamparan perkebunan karet dan sawit di Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas, tersembunyi sebuah desa dengan nama yang sarat akan sejarah yakni Desa Mataram.

Nama ini bukanlah sekadar kebetulan, melainkan jejak dari masa lalu yang menghubungkan desa ini dengan Keraton Mataram yang pernah berjaya di tanah Jawa.

Desa G1 Mataram, dengan luas wilayah 685 hektar, menyimpan kisah unik yang bermula pada tahun 1938.

Menurut Kepala Desa Mataram Hendi Mukhtar, desa ini berawal dari sebuah "rompok" atau perkampungan kecil bernama Rompok Pagar Gajah pada tahun 1937.

Setahun kemudian, Rompok Pagar Gajah diresmikan menjadi sebuah desa dan diberi nama Mataram.

KADES -  Kepala Desa Mataram, Hendra Mukhtar saat diwawancarai, Rabu (12/3/2025). Ia merupakan generasi ke 12 atau Kades ke 12 di Desa Mataram.
KADES - Kepala Desa Mataram, Hendra Mukhtar saat diwawancarai, Rabu (12/3/2025). Ia merupakan generasi ke 12 atau Kades ke 12 di Desa Mataram. (SRIPOKU.COM / Eko Mustiawan)

Abdi Dalem Keraton Mataram, Pendiri Desa

Nama Mataram dipilih karena kepala desa pertamanya adalah seorang abdi dalem Keraton Mataram bernama Raden Mas Hadi Suprayitno.

"Kades pertamanya itu seorang Abdi Dalem Keraton Mataram yakni Raden Mas Hadi Suprayitno. Itu termasuk sesepuh kami dan pendiri kami," kata Kades Hendi Mukhtar, Rabu (12/3/2025). 

Desa Mataram terbentuk melalui proses kolonisasi yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1937.

Saat itu, Belanda membawa warga Jawa dari Keraton Mataram di Yogyakarta ke wilayah ini. Desa Mataram dipilih sebagai lokasi kolonisasi karena letaknya yang strategis di tengah-tengah wilayah Tugumulyo.

Lapangan Desa Mataram, yang terletak di belakang kantor desa saat ini, menjadi tempat pertama berkumpulnya para kolonis.

Di tempat ini, Belanda membangun tempat tinggal bagi para warga yang dibawa dari Jawa. Bahkan, di sudut lapangan, terdapat mata air peninggalan yang masih digunakan hingga kini.

Pusat Kolonisasi dan Cikal Bakal Tugumulyo

Desa Mataram tidak hanya menjadi tempat berkumpulnya para kolonis, tetapi juga menjadi pusat penyebaran penduduk ke desa-desa lain di sekitarnya.

"Desa Mataram ini awalnya juga cukup luas, termasuk Desa G2 Dwijaya (saat ini) itu awalnya juga masih masuk ke Desa G1 Mataram," imbuh Kades.

"Termasuk juga ada beberapa desa lainnya yang penduduk awalnya itu juga dari Desa Mataram. Karena mereka menyebar," ungkap Kades.

Pada tahun 1938, Rompok Pagar Gajah resmi menjadi Desa Mataram. Desa ini kemudian dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Mataram Wetan dan Mataram Kulon. Seiring berjalannya waktu, wilayah ini berkembang dan melahirkan marga-marga seperti Ekamarga dan Dwimarga.

Desa Mataram juga menjadi cikal bakal terbentuknya Kecamatan Tugumulyo. Sebuah tugu yang terletak di simpang tiga depan Kantor Desa Mataram menjadi penanda awal mula terbentuknya kecamatan ini.

"Tugu itulah yang menjadi awal mula terbentuknya Kecamatan Tugumulyo. Itulah tugunya di desa kami, bukan didesa lain," ucap Kades.

Desa Sepuh dengan Sejarah Panjang

Desa Mataram merupakan salah satu desa tertua di Kecamatan Tugumulyo. Selain mata air, desa ini juga memiliki makam veteran yang kini telah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Lubuklinggau.

Seiring berjalannya waktu, Desa Mataram terus berkembang dan mengalami kemajuan di berbagai bidang, baik infrastruktur maupun pemberdayaan masyarakat.

Kades Hendi Mukhtar, yang merupakan generasi ke-12 kepala desa, menegaskan bahwa sejarah desa ini didapatkan dari cerita turun-temurun para sesepuh dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved