Mimbar Jumat
Memaksimalkan Diri di Bulan Ramadhan
Fiqih klasik menjelaskan, di saat Allah mensyariatkan untuk melakukan amalan fisik, detik itu juga Allah mensyariatkan untuk melakukan amalan bathin.
Dalam Tafsir ar Razi al-Imam Fakhrur Razi menjelaskan bahwa ketika Allah mensyariatkan ibadah berupa melaksanakan puasa Ramadhan berarti Allah tidak hanya menginginkan kita tidak makan dan minum tetapi juga menahan syahwat dan hawa nafsu, sehingga menjauhkannya dari perbuatan keji dan munkar.
Rasul bersabda bahwa siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan yang kotor dan melakukannya, maka Allah tidak memiliki hajat padanya yang telah meninggalkan makanan dan minumnya. Tidak ada nilai di mata Allah akan lapar dan dahaganya sebagai ibadah puasa yang diterima pahalanya.
Keistimewaan berikut dari bulan Ramadhan sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu.
Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan). Banyak penafsiran tentang makna hadis, pertama makna malam Lailatul Qadar sebagai malam yang meliliki keutamaan. Syekh Abdul Halim Mahmud menjelaskan bahwa seribu bulan setara dengan 83 tahun 4 bulan.
Angka tersebut lebih tinggi dari usia rata-rata ummat Nabi Muhammad. Sehingga kebaikan yang dikerjakan dalam waktu satu malam tersebut lebih baik dari umur manusia pada umumnya. Syekh Ahmad Thayyib menambahkan bahwa doa yang belum dikabulkan sebelumnya akan mudah diterima di malam lailatul Qadar.
Selanjutnya makna ditutupnya pintu neraka dan dibukanya pintu surga serta dibelenggunya setan, pemahamannya lebih bersifat konotatif. Bulan Ramadhan yang secara tegas Allah sampaikan perintah untuk menjalankan puasa Ramadhan sebagai pembuktian keimanan seorang hamba.
Tidak akan kuat untuk tetap istiqamah melaksanakan ibadah Ramadhan melainkan hanya dengan pondasi keimanan. Bagi kaum beriman tentu akan dapat menyambut seruan Allah tidak perduli dia sedang berada di belahan bumi manapun dan dalam keadaan apapun.
Secara hakikat peluang untuk membelenggu setan menjadikan pintu neraka ditutup sementara surga dibuka adalah karena perilaku dari semua kaum mukminin yang secara serentak berada dalam satu frekuensi keimanan. Sama-sama sedang melakukan amalan yang sama, sehingga bisa saling menjaga dan menghormati. Termasuk kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang mendukung penuh pelaksanaan ibadah puasa Ramadahan.
Kondisi ini seharusnya menjadikan para pelaksana ibadah Ramadhan lebih mudah untuk melaksanakan semua hal yang mendukung penyempurnaan ibadah puasa Ramadhannya. Hadis juga menjelaskan karena kondisi yang mendukung untuk memaksimalkan ibadah pada bulan Ramadhan menjadikan seebuah kesimpulan maka bagi siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya di bulan Ramadhan berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan dari kebaikan.
Lebih lanjut dalam hadis riwayat al-Turmudzi Rasulullah SAW menegaskan bahwa terhina seseorang, manakala Ramadhan datang menemuinya kemudian kembali meninggalkannya sebelum ia mendapatkan ampunan
Sebagai penutup dapat ditegaskan bahwa sebuah amalan utama Ramadhan adalah justru adanya sikap optimis, bersemangat untuk meraih keutamaan Ramadhan. Kegembiraan menyambut kedatangannya adalah rasa penuh percaya diri bahwa inilah kesempatan untuk meraih keutamaan. Penuh semangat untuk memaksimalkan diri dalam beribahah dari awal hingga di penghujung Ramadhan.
Pengampunan yang diberikan Allah di bulan Ramadhan tidak berbatas untuk siapapun hanya saja syaratnya jelas yaitu bagi pelaksana puasa Ramadhan yang puasanya didasari oleh rasa keimanan dan senantiasa mengevaluasi diri. Imannya yang membuat ia melakukan semua perbuatan karena Allah, tidak makan karena Allah tidak melakukan kemaksiatan karena takut kepada Allah.
Menghisab diri dan memohon ampun atas semua kesalahan yang diperbuat, sehingga Allah memberikan ampunan. Sebagaimana kita dalam kehidupan sosial menilai tidak dianggap telah meminta maaf secara tulus ketika masih mengulangi kesalahan yang sama.
Telah mendapatkan pengampunan maknanya telah dihilangkan dari kesalahan yang dilakukan. Adanya perubahan karakter, dari kurang baik menjadi baik. Allah menginginkan hamba-Nya pulang Kembali kepada-Nya dalam keadaan suci karenanya bulan suci Ramadhan Allah berikan kesempatan di dalamnya untuk mensucikan diri. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.