Mata Lokal Desa
Mengenal Tari Lading Khas Tempirai PALI, Simbol Perlawanan Perempuan Pada Zaman Penjajahan
Tari Lading merupakan sebuah tari tradisional yang berasal dari desa Tempirai, Kecamatan Penukal Utara
Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Odi Aria
Dalam melakukan tarian ini, menurut Nurjannah, semakin tajam lading itu, maka semakin tumpul pula lading itu di badan penari. Semakin besar daya tekanan yang dikeluarkan penari saat menancapkan dan memutar-mutarkan lading itu maka semakin tidak akan terasa nyeri (sakit) di badan.
Dikarenakan sebelum melakukan tarian, properti lading sudah dibacakan mantra atau doa-doa oleh para guru (maestro) tari lading.
Bukan hanya itu, para penari juga sudah diajarkan sebuah mantra atau doadoa pada saat menarikan tari Lading dalam gerakan membaca mantra. Agar Lading itu tidak melukai para penari.
"Tari Lading ini ditarikan oleh perempuan yan berjumlah 5 (lima) orang penari dengan menggunakan properti masing-masing 2 buah Lading, satu dipegang ditangan kanan dan yang satu dipegang ditangan kiri,"ujarnya.
Pada saat melakukan gerakan tarian, kedua Lading tersebut ditancapkan pada bagian tubuh penari, lalu ditekan dan gagang ladingnya diputar-putarkan hingga membentuk sebuah lingkaran.
Bagian tubuh yang ditancapkan Lading yaitu bagian perut, lengan, dan pelipis mata.
"Sebagai orang biasa jika menancapkan lading di bagian-bagian tersebut, ditekan lalu diputar-putar sudah pasti beresiko akan terluka. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi apa-apa pada para penari tari
lading. karena sebelum melakukan tarian tari lading, properti lading sudah dibacakan mantra atau doadoa oleh para guru (maestro) tari Lading,"ungkapnya.
Seni pertunjukan Tari Lading ini tetap bertahan dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Desa Tempirai.
Pertunjukan tari lading ini dahulu menjadi tari yang sangat populer di kalangan masyarakat desa Tempirai.
Saat ini tari lading masih digunakan masyarakat dalam berbagai acara, seperti acara pernikahan, pentas hiburan/tontonan, pertunjukan, dan media pendidikan.
Nurjannah juga mengatakan bahwa saat ini sudah banyak modifikasi gerakan tarian yang ditampilkan.
Kendati sudah dimodifikasi, namun peroperti yang digunakan tetap menggunakan lading atau pisau tajam.
"Seiring perkembangan zaman, sudah banyak gerakan tarian yang berubah. Namun, tetap menggunakan pisau sebagai gerakan tariannya," tuturnya.
Meskipun saat ini tidak susah dalam mencari generasi penerus para penari, namun Ia tetap berharap agar para generasi muda khususnya dari Desa Tempirai bisa menjaga dan melestarikannya.
"Pesan kami kepada para generasi muda untuk menjaga dan melestarikannya agar tidak habis dan dilupakan. Serta berharap agar menjadi lebih baik lagi,"ucapnya.
Melihat Napal Jaringan Desa Singapura OKU, Wahana Seluncuran Alami di Sungai Ogan Digemari Anak-anak |
![]() |
---|
Desa Remayu, Jejak Perdagangan Kuno di Tengah Harta Karun Pecahan Keramik Belanda dan Cina |
![]() |
---|
Ruwatan Bumi di Karang Binangun Sumsel : Doa, Budaya, dan Bisikan Leluhur di Tengah Deru Zaman |
![]() |
---|
Inovasi Desa Talang Lubuk Banyuasin, Ubah Buah Nipah Jadi Tepung Bernilai Ekonomis Tinggi |
![]() |
---|
ASAL Usul dan Legenda Desa Semangus di Musi Rawas Sumsel, Berasal dari Ikan Sema yang Hangus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.