Dokter Koas di Palembang Dianiaya

Reaksi Profesor Yuwono Soroti Kasus Penganiayaan Dokter Koas di Palembang, Bentuk Tim Investigasi

Prof Dr dr H Yuwono, M.Biomed, angkat bicara. Dirinya mengatakan sangat prihatin atas kejadian tersebut, yang hingga kini tersebar

Editor: pairat
Sripoku.com/Andika Wijaya
Prof Dr dr H Yuwono, M.Biomed soroti kasus penganiayaan dokter koas di Palembang. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Kasus penganiayaan yang dilakukan oleh sopir keluarga Lina Dedy atau Ibu Lady, Datuk alias Fadilla terhadap dokter koas Luthfi di kafe kawasan Demang Lebar Daun, Palembang kini sudah menjadi tersangka, terus bergulir.


Tentunya akibat adanya peristiwa ini banyak membuat nitizen berkomentar, bahkan hingga hari ini peristiwa itu masih menjadi topik yang diperbincangkan banyak orang. 


Terkait peristiwa ini, Prof Dr dr H Yuwono, M.Biomed, angkat bicara. Dirinya mengatakan sangat prihatin atas kejadian tersebut, yang hingga kini tersebar dimana-mana. Ini merupakan permasalahan yang mendasar. 

Sri Meiliana saat berada di TKP penganianyaan dokter koas di Palembang.
Sri Meiliana saat berada di TKP penganianyaan dokter koas di Palembang. (Handout)

Baca juga: Profesi Ortu Luthfi Dokter Koas yang Dianiaya Sopir Ibu Lady, Pejabat Tinggi di Perusahaan Ternama


"Mendasari kenapa, pendidikan kedokteran itu ada dua tetapi teringrasi, satu pendidik sarjana artinya akademiknya, kedua adalah profesi arti keterampilan sebagai dokter. Dua ini menyatu. Maka nanti lulus menjadi dokter," tegas guru besar Fakultas kedokteran di Palembang ini. 


Lanjut Yuwono, dan ketika sudah lulus nanti, seorang dokter terikat sumpah dokter," maka bukan hanya pendidikan biasa, tetapi mereka harus menjadi seorang dokter, yang dalam sumpahnya harus menghormati sesama dokter, ingat seperti saudara kandung," ungkapnya. 


Nah kejadian yang terjadi kemarin, sambung Yuwono,  katakanlah ada sedikit banyak luntur masalah penghormatan antar sejawat dokter atau calon dokter ini tadi. 


"Nah ini pokok benar dalam pendidikan. Artinya apa mungkin dari awal tidak ada kesiapan. Dari bersangkutan (mahasiswa-red) ini untuk menjadi dokter," katanya. 


"Karena untuk menjadi dokter butuh apa, mohon maaf ya, bukan digambarkan dokter itu kaya harta, bukan itu. Tetapi dokter berkecimpung berbakti di bidang kemanusiaan," tegasnya kembali. 


Lebih jauh Yuwono mengatakan, bersangkutan siap tidak untuk kemanusiaan, kapan pun harus siap, apakah itu untuk jaga, apakah itu menangani berbagai penyakit dan segala macam lainnya. Dalam situasi apapun dia harus siap bersedia. 


"Ini yang menjadi keprihantinan kami," katanya. 


Ketika ditanya terkait sanski, jawab Yuwono, dirinya sudah mendengar terkait pimpinan Fakultas sudah bijak dalam hal ini membentuk tim untuk investigasi.

"Tentunya harus dilihat terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini kira kira apa, apakah dalam belum Sanksi, apakah dalam bentuk peringatan," ungkapnya. 


Namun setelah ini, ditambahkannya, harus ada tindak lanjut dalam bentuk untuk  evakuasi secara keseluruhan.

"Jadi mungkin mulai dari penerimaan mahasiswa, kelayakannya untuk masuk kedokteran. Nah ini khusus untuk jangka panjangnya, agar hal hal ini tidak terjadi kembali," ungkapnya. 


Yuwono juga mengatakan agar masalah ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan. " Jika Tidak titik temui barulah dilakukan dengan mediasi,' harapnya. (Diw).

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved