Siswi Dilarang Bercadar di Palembang

Siswi SMP di Palembang Disuruh Pihak Sekolah Buka Cadar, Kepsek Beri Penjelasan

Siswi SMP IT Salsabila Magfirah Palembang berinsial NAA (13) dikabarkan disuruh melepas cadar saat berada di sekolah.

Penulis: Andi Wijaya | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Andi Wijaya
Reza Maulana (39), ditemani sang istri Sinta Dewi (39) di dampingi kuasa hukumnya Turiman memberikan keterangan soal anaknya yang disuruh sekolah SMP IT Salsabila melepas cadar, Kamis (19/9/2024) 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Siswi SMP IT Salsabila Magfirah Palembang berinsial NAA (13) dikabarkan disuruh melepas cadar saat berada di sekolah. 

Mengetahui anaknya disuruh melepas cadar membuat orangtua NAA tidak terima dan kecewa berat dengan pihak sekolah SMP IT Salsabila Magfirah.

Hal ini juga membuat, Reza Maulana (39), ditemani sang istri Sinta Dewi (39) di dampingi kuasa hukumnya yakni Turiman hendak melaporkan peristiwa yang dialami anaknya ke Dinas Pendidikan, MUI, Komisi Perlindungan Anak, DPRD Kota Palembang dan Komnas HAM. 

Orangtua NAA kecewa lantaran mengapa tidak dari awal anaknya bersekolah dan  saat pendaftaran di SMP IT Salsabila Magfirah tersebut adanya larangan untuk tidak memakai cadar.

Akibat permasalahan ini membuat sang NAA pun terpaksa memilih pindah bersekolah di IT Auladi, Jakabaring. 

" Saya selaku orang tua, ayahnya tidak terima, anak saya disuruh untuk melepas cadar saat di sekolah atau di lingkungan sekolah ," ungkap Resa kepada Sripoku.com, Kamis (19/9/2024). 

Lanjut Reza, dari awal anaknya bersekolah di sana dan saat mendaftar sekolah  tidak ada larangan memakai cadar.

"Sangat disayangkan, mengapa tidak ada awal saat daftar larangan ini disampaikan dan baru kelas VIII diberikan tahu kepada kami," kata Reza. 

Selaku orangtua, Sambung Reza, dirinya sudah mendidik anaknya dari kecil untuk menutup aurat.

"Nah mengapa ketika anak saya sudah melaksanakan hal itu, di sini sekolah ini dilarang. Apakah salah memakai cadar, ini sunah muakad," jelasnya. 

Senada juga apa yang diutarakan  Sinta Dewi (39), awalnya ia yakin memasukan NAA ke sekolah tersebut karena mengetahui di sekolah itu telah diadakan pemisahan kelas antara perempuan dan laki-laki, dan sangat yakin jika sekolah tidak melarang siswa perempuan menggunakan cadar. 

"Karena pada saat mendaftar, test dan wawancara anaknya sudah menggenakan cadar tidak mendapat larangan oleh pihak sekolah. tidak pernah dijelaskan adanya aturan sekolah yang melarang penggunaan cadar," bebernya.

Lanjutnya, setelah mendapat informasi tentang adanya perintah pelapasan cadar dari anak dan adanya pelarangan penggunaan cadar di lingkungan sekolah dari Ahmad Firdaus, selaku Kepala sekolah SMP,  orang yang memerintah anaknya untuk melepaskan cadar.

"Kami sangat kecewa mendengarnya ada larangan ini. Selama ini tidak ada," ungkapnya. 

Sementara itu, Kuasa hukum, Turiman mengatakan, kedua orang tua NAA dan keluarga mengatakan pihak sekolah telah dengan sengaja melanggar hak asasi anak dalam memeluk agama dan beribadah menurut agamanya

Lanjutnya,  hak anak untuk bebas beribadah menurut apa yang diyakini, hak untuk bersekolah dan menentukan sekolah yang disukai dengan cara memerintahkan anak  untuk melepas cadar selama  berada disekolah dan melarang penggunaan cadar di lingkungan sekolah. 

"Padahal pada saat mendaftar, test dan wawancara anak menggunakan cadar dan tidak dilarang serta selama ini tidak pernah ada informasi terkait adanya larangan penggunaan cadar di SMP Yayasan Islam Terpadu Salsabila Magfirah," tutupnya.

Klarifikasi Sekolah

Kepala Sekolah SMP IT Salsabila, Ahmad Firdaus, mengatakan peraturan dari pihak yayasan di SMP IT Salsabila, sudah diterapkan sejak lama bahkan sebelum siswi perempuan itu menduduki bangku sekolah kelas 7.

"Sosialisasi juga sudah kami dari pihak sekolah sampaikan terus kepada yang bersangkutan sejak kelas 7 sampai Kelas 8, agar membuka cadarnya ketika berada di dalam lingkungan sekolah," ujarnya.

Ahmad Firdaus mengakui, yang bersangkutan siswi  yang bercadar itu juga sudah tertib mengikuti aturan buka cadar di sekolah.

"Tapi entah kenapa orang tuanya itu beranggapan yang tidak baik terhadap sekolah. Orang tuanya beralasan tidak mengetahui peraturan," jelasnya.

Pihak sekolah SMP IT Salsabila, lanjut Ahmad Firdaus, sangat menyayangkan kalau hal ini menjadi laporan yang justru akan memperpanjang masalah.

"Kami ingin masalah ini cepat selesai, kemarin dari yayasan juga kami sudah berkomitmen untuk mengembalikan seluruh pembiayaan yang sudah di setorkan oleh orang tua siswa itu jika merasa dirugikan, tapi semua ditolak," terangnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved