Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Hanya Satu Pemabuk yang Diizinkan Masuk Surga
Cara berbicara menjadi tidak jelas, wajah semburat, bola mata menjadi merah, koordinasi fisik buruk dan hilang keseimbangan.
Seorang Ali bin Abi Thalib tidak mampu mengangkat jenazah istrinya Fatimah binti Muhammad yang begitu ia cintai, padahal sebelumnya dia seorang diri mampu mengangkat gerbang besi seberat 900 kg pada sebuah pertempuran.
Quraish Shihab menyebutkan bahwa mencintai dan dicintai adalah fitrah manusia.
Cinta hadir dan berhasil membentuk peradaban dunia. Karenanya cinta harus diperjuangkan dan disebarluaskan. Sabda Rasul bagi siapa yang mencinta maka Rasul pun akan mencintainya.
Awal pertama lahirnya rasa cinta adalah dari keindahan atau sifat baik yang muncul dari sebuah objek. Cinta adalah dialog. Tidak memaksa apalagi memperdaya.
Cinta yang diperoleh melalui proses pendekatan diri kepada Tuhan merupakan sebenar-benar cinta. Allah yang akan menuntun hati, memilihkan kepada siapa seharusnya mencinta. Allah juga memberi tahu cara bagaimana mencinta tanpa mabuk dan diperdaya olehnya.
Mabuk cinta akan kekuasaan, pangkat dan kedudukan, memiliki kondisi yang hampir sama dengan mabuk akibat meminum khamr dan cinta kepada lawan jenis.
Tidak hanya membuat ketagihan, tetapi juga membuat pemegangnya mampu bertindak di luar akal sehat, menabrak norma dan aturan serta kepatutan. Namun bukan hendak memaklumkan perilaku mabuk karena meminun khamr atau mabuk asmara.
Mabuk kepada kekuasaan, pangkat dan kedudukan, hakikatnya mempunyai bentuk dan dampak yang lebih luas dari keduanya. Pada kondisi mabuk pasca minum khamr akan ada satu jedah waktu terlepas dari pengaruh alkohol, maka pada momen tersebut pemabuk memiliki kembali kesadarannya.
Membuatnya dapat berpikir dan berperilaku wajar, memiliki rasa malu, menjaga kehormatan dan tidak mendzalimi orang lain. Begitupun dengan mabuk cinta pada lawan jenis atau mabuk asmara.
Cinta pada lawan jenis hakikatnya adalah sebuah perjalanan. Membara diawal pertemuan, mekar kemudian layu karena kurang perawatan. Umumnya manusia dapat menetralisir rasa cintanya seiring dengan berjalannya waktu dan kematangan usia.
Sedikit berbeda dengan kondisi seseorang yang mabuk kekuasaan, pangkat dan kedudukan. Ia akan sulit melepaskan diri dari pengaruhnya. Baik saat pertama ingin meraihnya, sedang memiliki, akan melepaskan bahkan ketika sudah tidak lagi bersamanya.
Dampak yang ditimbulkan oleh mabuk kekuasaan pun lebih luas dan lama. Tidak hanya pada lingkungan terdekat, termasuk orang yang belum pernah bertemu dengannya atau generasi penerus yang berbeda dalam dimensi ruang dan waktu. Mabuk yang pada akhirnya membentuk klan atau sindikat kekuasaan.
Bergerak dalam satu visi untuk dapat memperluas dan melanggengkan. Kekuasaan, pangkat dan kedudukan, ketiganya biasa melekat dalam satu wadah. Sebagaimana seseorang dengan hanya satu telunjuknya bisa menyelesaikan beragam macam persoalan, disebabkan adanya kepemilikan akan kedudukan, jabatan dan kekuasaan.
Seorang penguasa sangat menentukan corak dan wajah komunitas di mana dia menduduki jabatan.
Kekuasaan, pangkat dan jabatan merupakan amanah dari Allah kepada orang-orang yang dikehendaki. Akan ada batas akhir sebuah kekuasaan (Q.S. al-Imran, 26).
Sang Pemilik akan datang mengambil titipannya sewaktu-waktu. Manakala Rasul menyabdakan bahwa setiap yang memabukkan adalah haram [HR. Bukhari, no. 4343], maka tidak ada lagi pengecualian dari ragam dan jenis perilaku mabuk. Betapa buruk dampak yang ditimbulkan sehingga menjadikannya sebagai barang terlarang dan diharamkan. Tidak ada pemabuk yang bisa masuk surga. Baik surga dunia terlebih lagi surga pada kehidupan akhirat (H.R. Muslim, 2003).
Diterimanya Nu'aiman bin Amru bin Rafaah hanyaalah satu-satunya pemabuk yang akan masuk surga. Tidaklah patut untuk menirunya karena Nu’aim seorang pemabuk yang tidak biasa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.