Pilkada Sumsel 2024
Potensi 3 Pasang Calon Pilgub Sumsel 2024 Masih Sangat Terbuka, Elektabiltas Petahana Bisa Turun
pengamat sosial politik Fatkurohman melihat potensi 3 pasang masih sangat terbukad i Pilkada Sumsel 2024 nanti.
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Abdul Hafiz
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Menyimak dinamika politik yang sempat muncul wacana bakal hanya satu paslon yakni HDCU (Herman Deru - Cik Ujang) di Pilkada Sumsel 2024 alias melawan kotak kosong, justru pengamat sosial politik Fatkurohman melihat potensi 3 pasang masih sangat terbuka.
"Kalau dari sisi peluang dan juga dinamika politik saat ini untuk Pilgub Sumatera Selatan potensi tiga pasang masih sangat terbuka karena hingga saat ini baru beberapa partai yang sudah memberikan rekomendasi," ungkap Peneliti Public Trust Institute (PUTIN) Fatkurohman, Sabtu (29/6/2024).
Ia menuturkan yang bisa dilihat saat ini memang ada partai Nasdem, PKS dan Partai Demokrat yang sudah mengeluarkan rekomendasi. Tetapi masih ada juga partai-partai besar belum menentukan arah politiknya.
Tentunya ini sangat dinamis. Misalkan ada PDIP, PKB, PAN, Gerindra, Golkar yang merupakan partai-partai yang menengah dan partai elit yang ada di Provinsi Sumsel.
"Jika masing-masing melakukan komunikasi politik dalam bentuk koalisi politik, masih memungkinkan untuk menjadi dua pasang. Kalau dari sisi ini tentunya potensi ini bisa menjadi 3 pasang," kata Fatkurohman.
Dan memang yang paling realistis ada Heri Amalindo dan juga Mawardi Yahya. Ia menyebut kalau sisi dari Heri Amalindo ini masih PDIP menjadi salah satu tumpuan. Sampai saat ini masih menunggu terkait dengan sikap politiknya.
Kalau PDIP punya jago sendiri ini akan menarik. Kemungkinan juga ada mitra koalisinya seperti PKB yang bisa memungkinkan merapat ke sana.
Begitu juga dengan Golkar Gerindra dan PAN ini kan menjadi salah satu partai yang sudah memiliki komunikasi politik intens terkait dengan Pilkada Provinsi Sumsel dan juga kabupaten/kota dalam hal ini memungkin juga untuk satu pasangan calon.
"Dengan demikian jika tiga pasang akan lebih menarik terkait Pilkada Gubernur Sumatera Selatan 2024," terang Bung FK sapaannya.
Menurut mantan Sekjen IKA Fisip Unsri ini, terkait dengan peta politik paling tidak kalau ada sosok misalkan pasangan Heri Amalindi-Popo Ali Martopo yang belakangan disebut-sebut tentunya mempunyai impact di tingkat elektoral.
Paling tidak Popo Ali Martopo punya pemilih militan di OKU Selatan. Mungkin saja menyebar ke daerah-daerah OKU Raya lainnya.
Begitu juga dengan Heri Amalindo yang memang punya basis di kabupaten PALI yang juga punya daya Tarik elektoral di wilayah lain.
Misalkan di basis tradisional historinya mungkin di Musi Banyuasin dan Banyuasin. Dan Mawardi tentunya dengaqn komposisi itu lebih kepada bagaimana mengkonsolidasikan pemilih di wilayah Ogan Ilir, dan wilayah Kota Palembang.
Anita Noeringhati paling tidak bagaimana strateginya menarik pemilih di non lokal terutama dari etnis Jawa.
Tentunya dengan komposisi ini jika sama-sama memiliki strategi politik yang matang, tentu ini menjadi persaingan yang menarik untuk Pilgub Sumsel 2024.
"Namun demikian dominasi Herman Deru dengan basis yang kuat di daerah OKU Raya dan juga Cik Ujang di Lahat terutama dan juga Basemah ini menjadi salah satu kekuatan yang perlu tantangan bagi kandidat lain untuk bisa menyaingi pasangan petahan tersebut," kata Koordinator Wilayah Sumsel Public Trust Institute.
Elektabiltas Petahana Bisa Turun
Terkait elektoral kata Fatkurohaman berbicara tentang kandidat. Ketika belum ada kandidat pasti yang jelas petahana itu sangat diuntungkan.
"Saya pernah mengatakan hal ini belakangan. Dulu ketika Pilkada 2008 dan 2013 bagaimana petahana juga kuat dengan elektabilitas yang tinggi. Bahkan di atas 50 persen," kata Fatkurohman.

Baca juga: LKPI Libatkan Seribu Responden Bakal Survei Calon Pendamping Ratu Dewa di 100 Kelurahan
Tapi dengan semakin banyaknya calon dan juga karakteristik pemilih di Sumsel yang memang lebih cenderung senang dengan tokoh-tokoh di basis local masing-masing, tentunya ini akan menarik pemilih para kandidat yang akan muncul.
Misalkan jika nantinya terjadi 3 pasang calon, seperti Mawardi Yahya, Heri Amalindo, dan juga Herman Deru yang nanti berpasangan mempunyai basis daerah masing-masing.
Misalkan selama ini orang di saerah OKU Selatan ketika Popo Ali belum muncul tentunya kandidat pilihannya itu ke Herman Deru karena kedekatan emosional Kawasan OKU Raya.
Tetapi kalau Popo Ali misalkan muncul bisa saja di kwasan OKU Selatan terjadi migrasi pemilih. Makanya elektoral pemilih itu ketika belum ada pasangan yang tetap, itu belum bisa dibaca sebagai elektoral yang murni.
"Artinya masih ada pemilih yang potensi bermigrasi akibat munculnya tokoh," ujarnya.
Begitu juga di daerah yang kosong misalkan di Musi Banyuasin. Hingga saat ini kan belum ada tokoh dari Musi yang muncul sebagi calon gubernur. Hanya saja belakangan Heri Amalindo. Namun hingga saat ini belum ada kepastian sehingga para pemilih ini cenderung mengambang dan menentukan pilihan yang memang kemungkinan sudah ada kepastian untuk menentukan.
Makanya petahana sangat diuntungkan sat ini. Tetapi Ketika sudah muncul misalkan tokoh dari Kawasan Musi dan masayarakat dengan hal ini, biasanya akan terjadi migrasi juga.
Yang punya kecenderungan kelokalan akan lebih memilih tokoh-tokoh local. Makanya Heri Amalindo sangat potensial di Kawasan Musi. Ini menjadi salah satu pertimbangan.
Begitu juga misalkan di Ogan Komering Ilir. OKI ini tidak punya histori tokoh yang kuat untuk Pilgub saat ini. Dengan munculnya Mawardi mempunyai kedekatan dengan Ogan bisa saja nanti wilayah Ogan masalah ketokohan akan lebih dekat dengan Mawardi ketimbang misalkan dengan Herman Deru atau Heri Amalindo.
"Ini yang menyebabkan terjadi perubahan atau migrasi pemilih dengan munculkan tokoh yang sudah pasti akan maju di Pikada Sumsel 2024," paparnya.
Dengan demikian sebelum ada ketetapan calon yang akan maju biasanya yang perlu dibaca adalah pergeseran pemilih seberapa besar potensi pemilih yang bisa merubah pilihan itu akan lebih bisa untuk dianalisis terkait dengan kekuatan para kandidat.
Mau terjadi 3 pasang saya pikir dengan dominasi elektabilitas petahana sekarang bisa saja nanti terjadi penurunan, Sementara calon lain mengalami kenaikan dengan adanya kepastian sebagai seorang kandidat.
Itu biasa terjadi di Pilkada ketika belum ada kepastian calon lain Herman Deru maju di Pilgub 2013. Tetapi ketika banyak calon yang muncul di wilayah ada Eddy Santana muncul, Herman Deru muncul, Sefuddin Aswari muncul, dengan sendirinya terjadi penurunan elektabilitas Alex Noerdin yang tadinya 50 persen akhirnya mentok di angka 37 persen.
Itu biasa terjadi di Pilkada karena Tipologi di Sumsel ini sangat dekat dengan basis kelokalan masing-masing tokoh. Memang dengan tidak ada muncunya tokoh di daerah yang kosong itu akan menjadi perebutan nantinya oleh para kandidat.
"Terutama di Kota Palembang ini akan menjadi basis yang mungkin akan sangat diperebutkan para kandidat. Pun juga dengan daerah yang lain yang tidak ada tokoh-tokoh yang muncul di Pilgub Sumsel," pungkasnya.
Pilgub Sumsel
Fatkurohman SSos
Petahana
ELEKTABILITAS
Herman Deru
Cik Ujang
Mawardi Yahya
Anita Noeringhati
Heri Amalindo
Popo Ali Martopo
Pelantikan 17 Kepala Daerah se-Sumsel Digelar 20 Februari 2025, Empat Lawang Lanjut di MK |
![]() |
---|
8 Kepala Daerah di Sumsel Segera Dilantik Usai MK Menolak Gugatan PHPU, Ada Ratu Dewa-Prima Salam |
![]() |
---|
Dari 11 Perkara PHPU di Sumsel, Hanya 1 yang Lanjut ke Pembuktian di MK |
![]() |
---|
Pelantikan Gubernur Sumsel 20 Februari 2025, Groundbreaking Tanjung Carat Masuk 100 Hari Kerja HDCU |
![]() |
---|
Gugatan Pilkada Sumsel Dinilai Sulit Dikabulkan MK, Pengamat Ungkap 3 Faktor Kunci Menentukan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.