Kelamin Bocah di OKI Terpotong

Alat Kelamin Bocah di OKI Terpotong, Kepala Puskesmas Kertamukti Diduga Langgar Kode Etik

Pimpinan Puskesmas Kertamukti, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Zaidan diduga melanggar kode etik profesi.

Penulis: Nando Davinchi | Editor: Yandi Triansyah
YouTube/Muhamad Jaelani Manjur
Ilustrasi : Alat kelamin bocah di OKI terpotong saat khitan 

SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG - Pimpinan Puskesmas Kertamukti, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Zaidan diduga melanggar kode etik profesi.

Sebab ia diketahui membuka praktek khitan tidak sesuai dengan profesinya.

Akibatnya alat kelamin salah seorang bocah berusia 10 tahun berinisial MHN terpotong saat khitan dengan Zaidan.

Pj Bupati OKI, Ir Asmar Wijaya melalui Plt Kepala Diskominfo OKI, Adi Yanto mengaku sudah memerintahkan Inspektorat ke lokasi.

"Terkait yang bersangkutan ini merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN), maka tim Inspektorat sudah turun hari ini untuk mendatangi pihak puskemas dan keluarga dari korban," kata dia, Jumat (7/6/2024).

Pihaknya masih menunggu hasil audit yang dilakukan oleh Inspektorat.

Berdasarkan informasi yang ia terima, kepala puskesman melakukan kegiatan khitan di luar jam kerja dan lokasi bukan berada di puskesmas.

"Kegiatan khitan itu dilakukan di luar jam kerja dan bukan di puskesmas," kata di.

Menurut dia, kedua belah pihak sudah melakukan mediasi. Sampai saat ini kata dia tidak ada tuntutan dari pihak korban karena yang bersangkutan bertanggungjawab atas kejadian tersebut.

Namun meski begitu, Adi menyebut Pj Bupati OKI tetap mengeluarkan atensi agar nantinya ada sanksi yang diberikan untuk kepala puskesmas.

Sebab kata dia, praktek khitan yang dibuka tidak sesuai dengan profesi bidang pekerjaannya.

"Kalau itu bisa jadi melanggar dari sisi kode etik profesi atau segala macam. Tetapi yang pasti dari sisi Inspektorat yang bersangkutan. merupakan ASN," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, Amalia selaku orangtua korban yang alat kelaminnya terpotong mengaku kejadian tersebut terjadi pada
Selasa (12/12/2023) lalu.

Kejadian itu berawal saat anak sulungnya akan dikhitan di Puskesdes.

Sesampai di sana, sang anak ditangani oleh Kepala Puskesmas Kertamukti Zaidan.

Menurutnya setelah selesai disunat menggunakan alat laser, ternyata alat kelamin sang anak ikut terpotong bagian atasnya.

Mendengar adanya dugaan terjadi malapraktik tersebut, Amalia sontak panik dan meminta agar segera dilakukan tindakan yang terbaik.

"Taunya setelah sunat waktu mau di jahit, itu dicari kepalanya (bagian atas kelamin) tidak ada. Rupanya terjatuh dan ikut kepotong bersama kulup penis itu tadi," kata dia.

Kepala Puskesmas kata dia, berusaha untuk menyambungkan alat kelamin yang terpotong.

Namun usahanya gagal, sehingga sang anak dibawa ke rumah sakit.

"Sempat berusaha untuk menyambung dan menempel kepala penis. Supaya tidak tertutup lubangnya itu tadi dan setelahnya langsung dibawa ke rumah sakit," ungkapnya.

Masih kata dia, setelah dirujuk dan sampai di rumah sakit di kota Palembang. Anaknya itupun segera dilakukan penanganan serta dicek diatur jadwal dokternya.

"Sampai di sana sekitar jam 09.00 malam dan untuk jadwal operasi jam 11.00 siang besoknya. Total perawatan di rumah sakit selama 11 hari sampai diperbolehkan pulang," ungkapnya.

Pasca tindakan operasi, pihak rumah sakit memakaikan keteter (alat bantu kencing) di kelamin dari korban selama kurang lebih satu bulan sampai proses penyembuhan

"Setelah dibawa pulang ke rumah, kondisi anak saya sempat kesulitan kencing langsung. Supaya lubang penisnya tidak tertutup, jadi dibantu oleh keteter tadi," ujarnya.

Setelah keteter dilepas, barulah anak saya bisa bermain dan normal kembali.

Amalia berujar sejak kejadian itu sampai sekarang rutin melakukan kontrol di rumah sakit Palembang.

"Sudah sekitar 4 atau 5 kali kontrol ke Palembang dan selalu diantar oleh pak Zaidan," kata dia.

Meskipun sudah terjadi dugaan malapraktik yang dilakukan oknum kepala puskesmas. Namun sejak dahulu sampai sekarang masih banyak warga yang datang untuk menyunatkan anak-anaknya.

"Memang kalau warga sini (hendak sunat) selalu tempat pak Zaidan baik manual ataupun pakai laser. Kalau kami waktu itu memilih pakai laser karena berharap supaya anak cepat sembuh,"

"Karena setahu kami sunat laser ini bisa sembuh hanya 4 hari dan kebetulan waktu itu cuma bisa cuti kerja 4 hari saja," sebutnya, tidak terasa kejadian terjadi sejak 6 lalu.

Ditengah rasa kecewa mendalam, Amalia dan Subagio tetap berharap agar nantinya kelamin anaknya bisa dilakukan operasi penyambungan.

"Harapannya insyaallah bisa, kalau kata dokter di usia 16 tahun nanti bisa dilakukan operasi. Tapi kalau bisa secepatnya dan itu tergantung konsultasi dengan dokter," pungkasnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved