OPINI: Pilih Kaya Atau Bahagia?
Kecukupan harta yang banyak merupakan suatu sarana untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.
Sayangnya, negara yang kita cintai ini masih berada pada kategori negara berkembang dengan pendapatan sekitar USD 4.580 per kapita pada tahun 2022.
Lebih parahnya lagi, kondisi ini sudah bertahan selama 40an tahun sejak awal tahun 1980an dimana Indonesia mentas dari kelompok negara-negara tertinggal.
Sehingga, Indonesia pada saat ini masuk kategori negara yang terjebak lama di kelompok negara-negara berkembang (middle income trap).
Seorang ekonom India terkenal, penerima nobel ekonomi tahun 1998, Amarty Sen, memberikan kritiknya terhadap ukuran-ukuran ekonomi yang selama ini digunakan dalam mengukur kesejahteraan suatu Bangsa.
Menurutnya, indikator-indikator ekonomi tidak sepenuhnya akurat dalam mengukur kesejahteraan suatu negeri. Perlu juga ditambahkan capaian-capaian dari aspek sosial seperti pendidikan dan kesehatan sehingga ukuran tersebut lebih komprehensif menilai kemakmuran suatu Bangsa.
Maka, muncullah indikator yang kita kenal sekarang dengan nama Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melengkapi indikator ekonomi yang sudah ada. Pembangunan IPM berfokus pada manusia yang mengukur longevity (umur panjang dan sehat), knowledge (pengetahuan), dan Decent Living Standard (standar hidup layak).
Namun lagi-lagi sayang, peringkat HDI Indonesia tahun 2022 berada pada posisi 112 dari 193 negara. Atau dengan kata lain, putra-putri Bangsa ini harus bekerja lebih keras dan cerdas lagi mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain dalam hal capaian pembangunan ekonomi dan manusianya.
Happiness Index
Pada tahun 2002, World Happiness Report merilis untuk pertama kalinya indikator baru yaitu Happiness Index atau Indeks Kebahagiaan yang diharapkan dapat melengkapi ukuran-ukuran kesejahteraan suatu Bangsa yang selama ini sudah ada.
Indikator ini mencoba membuat peringkat lebih dari 100 negera berdasarkan tingkat kebahagiaan penduduknya. Kabar buruknya, kebahagiaan masyarakat Indonesia tahun 2024 yang baru saja dirilis, masih berada pada posisi 80 dari 143 negara.
Meskipun selalu mengalami peningkatan score kebahagiaan selama kurun waktu satu dasawarsa, peringkat kebahagiaan negara kita masih jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Philipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
Masing-masing negara tersebut berada pada ranking ke-30, ke-53, ke-54, ke-58, dan ke-59 dari 143 negara. Menariknya, beberapa negara dengan kekuatan ekonomi terbesar didunia seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Singapura, masyarakatnya tidak lebih bahagia dibandingkan dengan masyarakat yang tidak "se-kaya" negara-negara tersebut seperti Finlandia, Denmark, dan Islandia.
Bahkan posisi negara-negara Scandinavia tersebut selalu menempati lima besar dalam beberapa tahun terakhir sebagai negara paling bahagia di planet bumi ini.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak selalu negara yang kaya secara ekonomi, masyarakatnya juga akan hidup dengan bahagia.
| Antrean Solar 'Mencekik' Sopir di Palembang, Uang Makan Ludes, Wakil Ketua DPRD Sumsel Buka Suara |
|
|---|
| Daftar 17 Ketua DPD PAN se Sumsel Hasil Musda Serentak, Target 3 Besar Pemilu 2029 |
|
|---|
| Debut Manis Rizky Maulana Putra, Lawan Garudayaksa FC Menang 1-0 Meski Hanya 10 Pemain |
|
|---|
| 14 DPD NasDem di Sumsel Akan Dilantik Serentak di DPW oleh Herman Deru |
|
|---|
| Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Halaman 99 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 10, Membaca |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.