Idul Adha 2024
Stok Hewan Kurban di Sumsel Capai 30 Ribu Ekor, Ajak Pemilik Terapkan Pola Pengandangan
Diskusi ini membahas persoalan banyak hewan ternak kerbau yang mati beberapa waktu lalu di Kabupaten OKI.
Penulis: Andi Wijaya | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Sumsel dan Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel mengikuti Fokus Group Discussion yang digelar oleh Forum Masyarakat Peduli Peternakan dan Forum Masyarakat Berdaya Sumsel di Hotel Amaris, Selasa (28/5/2024), siang.
Diskusi ini membahas persoalan banyak hewan ternak kerbau yang mati beberapa waktu lalu di Kabupaten OKI.
"Ya kejadian ini menimba kerbau rawa beberapa waktu lalu di OKI. Hal ini terjadi bukan karena virus melainkan karena bakteri, dialami kerbau rawa yang dilepas liar oleh pemiliknya," ungkap Ketua PDHI Sumsel, DR dr Jafrizal MM ketika ditemui Sripoku.com, Selasa (28/5/2024).
Lanjutnya, peristiwa ini terjadi di musim penghujan (hujan-red), yang mana bakteri yang menjangkiti kerbau yakni Septicaemia Epizootica ini banyak ditemui di kawasan rawa. Lalu di dalam kubangan air, bakteri tersebut bisa bertahan hidup hingga 10 hari.
Selain itu, penyebarannya ataupun penularannya juga sangat cepat, sehingga hal ini menyebabkan kerbau banyak mati.
Selain bakteri SE, lanjut Jafrizal , setidaknya ada 18 penyakit hewan ini yang perlu diwaspadai oleh peternak atau pemilik hewan, terutama di musim hujan mendatang. Karena fokus di dalam penanganan satu penyakit, jangan sampai belasan penyakit lainnya terabaikan.
Maka yang paling nyata dan bisa ditemui matinya hewan ternak tersebut.
"Saat bakteri SE ini menjangkiti kerbau tadi, fokus petani pada penyakit mulut dan kuku (PMK) serta LSD, namun faktanya terjadi di lapangan, kerbau tadi banyak mati terkena bakteri SE yang penularannya sangat cepat tersebut," katanya.
Sebagai solusinya kata dia, yakni pemberian vaksin dan pakan ternak yang baik. Bukan hanya itu, kondisi lingkungan juga menjadi point' yang sangat penting di dalam upaya meminimalisir penyakit pada ternak.
Ditempat yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel, Ir Ruzuan Effendi
mengatakan, banyak faktor yang sebabkan kerbau rawa yang belum lama ini banyak yang mati di OKI tersebut.
Salah satunya itu terkait kebiasaan lepas liar hewan ternak ini oleh masyarakat. Dengan kata lain, hal tadi menyebabkan hewan ternak tersebut akan sangat rentan terkena penyakit.
"Di dalam kandang saja, potensinya masih ada apalagi yang dilepas liarkan begitu saja oleh pemiliknya, sehingga hal ini membuat ternak menjadi rentan terserang penyakit dan sala hsatunya penyakit ngorok akibat bakteri SE," ungkapnya.
Untuk itu, dirinya juga himbau bagi pemilik ternak atau peternak untuk terapkan pola Pengandangan. Sehingga bisa dapat terus mengontrol kesehatan termasuk juga pakan yang diberikan.
"Jangan hanya diberi karbohidrat saja, tapi pastikan protein serta vitamin juga seimbang," ungkapnya.
Untuk mengantisipasi semua hal tersebut terulang, pihaknya juga mulai mewajibkan peternak untuk memvaksinasi hewan ternak miliknya. Baik itu yang berada di kandang maupun yang dilepas liar.
program vaksinasi ini dilakukan secara serentak dengan melibatkan stakeholder terkait dan peternak atau pemilik hewan tadi.
Hanya saja, karena jumlahnya yang terbatas, kemungkinan akan ada biaya.
"Selain di kandang, makanan hewan ternak ini juga harus seimbang, selain itu supaya bisa tetap sehat, pastikan jua hewan ternak ini divaksin dan mengontrol kesehatan dari hewan ternak tersebut. Semua langkah ini, akan kita libatkan pihak desa dan badan jua dinas terkait. Karena semua harus berjalan bersama dan tidak bisa sepihak saja," katanya.
Terkait untuk kebutuhan dari hewan kurban di Sumsel ini setiap tahun terus meningkat. Hanya saja, pihaknya sudah lakukan upaya antisipasi. Apalagi untuk stok hewan di Sumsel menyiapkan setidaknya 30 ribu hewan baik sapi atau kerbau dari kebutuhan yang diprediksi mencapai 13-15 ribu.
Lanjutnya, untuk hewan ternak juga sebelum dijadikan untuk hewan kurban, salah satunya yakni terkait kesehatan hewan.
"Untuk hewan kurban, kita siapkan 70 ribu ekor. Yakni 30 ribu ekor sapi atau kerbau dan 40 ring ekor kambing, domba dan juga sejenisnya," ungkapnya.
"Jumlah ini meningkat tajam bila dibandingkan tahun 2023 yang menyiapkan 20 ribu hewan dan yang digunakan sekitar 12.900 ekor hewan kurban untuk jenis sapi dan kerbau. Tahun ini meningkat 50 persen dari stok tahun 2023 silam," bebernya.
Terkait untuk hewan kurban yang masuk ke Sumsel, sambungnya, hewan kurban ini harus disertai dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dikeluarkan dokter hewan dari tempat hewan kurban ini datang.
Sehingga bila tidak ada, maka hal ini termasuk Illegal dan berisiko kondisinya kurang sehat.
" SKKH ini wajib dimiliki oleh peternak atau pengirim hewan tersebut ke Sumsel. Surat ini menjadi petunjuk kalau hewan yang ada ini sehat. Untuk memantau kesehatan hewan kurban, kita juga membagi empat tim untuk mengawasi hewan kurban," katanya.
"Untuk penjual kurban musiman, hendaknya juga memeriksa hewan kurbannya sebelum dijual, sehingga pembeli lebih merasa yakin dengan hewan kurban yang dibelinya," tutupnya.
| Ratu Dewa Kurban 12 Sapi di Palembang, Idul Adha Dijadikan Momentum Menyembelih Sifat Buruk |
|
|---|
| Momen Libur Lebaran Idul Adha, Wahana Permainan di Mal Palembang Diserbu Pengunjung |
|
|---|
| SPO Group Salurkan Puluhan Hewan Kurban untuk Masyarakat Banyuasin dan OKI |
|
|---|
| Syukuri Prabowo-Gibran Menang 78 Persen di PALI, Ketua DPC Gerindra Asgianto Salurkan 7 Hewan Kurban |
|
|---|
| Tradisi Idul Adha Warga Tambangan Musi Rawas, Gelar Sedekah Rame Makan di Depan Rumah Pakai Tikar |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.