Mimbar Jumat: Fungsi Setan Bagi Kehidupan Manusia

Ketika setan divonis sebagai musuh nyata sekaligus penyesat manusia, tersimpul dalam benak bahwa ia tidak mendatangkan manfaat hadirnya segala mudarat

Editor: adi kurniawan
Handout
Mimbar Jumat John Supriyanto ketika setan divonis sebagai musuh nyata sekaligus penyesat manusia, tersimpul dalam benak bahwa ia tidak mendatangkan manfaat hadirnya segala mudarat 

Setiap hari para pekerja menjual tas produksi Sulaiman ke pasar-pasar, pergi dan pulang membawa hasil yang memuaskan.

Sulaiman telah menangkap, mengikat dan mengurung semua setan di sebuah tempat khusus. Seperti biasa para pekerja pergi ke pasar untuk menjual tas hasil karya usaha Sulaiman.

Namun terjadi keanehan, mereka mendapati semua pasar tutup dan tidak ada satupun orang yang membuka kios-kiosnya.

Mereka merasa sangat heran lalu menyampaikan perihal ini kepada bosnya, king Sulaiman. Beliau-pun berpikir dan merasa ada sesuatu yang tidak beres. Keesokan harinya para pekerja kembali lagi ke pasar, namun kembali mereka menemui keadaan yang sama, bahkan lebih parah dari sebelumnya.

Pasar tutup dan semua orang banyak menuju rumah ibadah menghabiskan waktunya untuk beribadah. Sebagian pergi ke kuburan mengingat kematian, menangis dan meratap serta berdo’a kepada Allah Saw. meminta keselamatan.

Semua sibuk dengan ibadah masing-masing mempersiapkan bekal akhirat tanpa mempedulikan lagi urusan-urusan dunia dan segala keindahannya.

Sulaiman yang merasa sangat keheranan dengan keadaan tersbut mengadu dan berdo’a kepada Allah Swt. : “Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan mengapa semua orang tidak ada yang bekerja mencari nafkah?”.

Lalu Allah Swt. mewahyukan kepadanya : “Wahai Sulaiman, bukankah engkau telah menangkap, mengikat dan memenjarakan setan.

Itulah salah-satu efeknya, bahwa semua manusia tidak lagi bergairah bekerja mencari nafkah. Mereka hanya memikirkan semata-mata kehidupan akhirat dan telah melupakan nasib hidup mereka di dunia”.

Segera saja, setelah Sulaiman mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya, ia melepaskan semua setan yang sebelumnya telah dipenjarakan.

Keesokan harinya, orang-orang kembali ke pasar, membuka kios dagangan masing-masing dan bersemangat bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya.

Dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa eksistensi setan di bumi ternyata memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap keberlangsungan hidup manusia. Andai Allah Swt. menghendaki semua manusia di muka bumi menjadi taat kepada-Nya tanpa ada yang menyeleweng, tentu hal tersebut sangat mudah bagi-Nya (Qs. Yunus : 99).

Namun ternyata Allah Swt. menginginkan kehidupan di bumi penuh dengan dinamika dan harmoni. Karenanya, manusia dicipta dengan perbedaan sifat, sikap dan karakter, sehingga berbeda pula dalam kepatuhan dan keshalihan.

Ada yang penurut dan taat, ada juga yang sedikit bandel dan usil, pun ada pembangkang bahkan penantang. Maka jadilah kehidupan di bumi yang dinamis dan penuh harmoni, sehingga membuatnya indah lalu manusia betah berlama-lama tinggal di dalamnya.

Sebagai penggoda, setan punya cara sistematis untuk membuat manusia tidak fokus pada hal-hal yang berbau keakhiratan semata. Setan membisiki manusia dengan berbagai angan-angan manis, indah dan menggoda (Qs. al-An’am : 112).

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved