Mimbar Jumat: Fungsi Setan Bagi Kehidupan Manusia

Ketika setan divonis sebagai musuh nyata sekaligus penyesat manusia, tersimpul dalam benak bahwa ia tidak mendatangkan manfaat hadirnya segala mudarat

Editor: adi kurniawan
Handout
Mimbar Jumat John Supriyanto ketika setan divonis sebagai musuh nyata sekaligus penyesat manusia, tersimpul dalam benak bahwa ia tidak mendatangkan manfaat hadirnya segala mudarat 

Oleh : H. John Supriyanto, MA

SRIPOKU.COM -- Jika seekor harimau hanya melahirkan maksimal 3 anak pertahun, maka babi hutan mampu berbiak sebanyak 12 ekor setiap tabunnya.

Mengapa demikian?. Karena babi hutan membawa misi pemenuhan pangan bagi harimau. Andai harimau juga melahirkan 12 ekor pertahun, maka ekosistem akan menjadi tidak seimbang, babi hutan akan punah, lalu harimaupun akan mati kelaparan.

Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan “tawazun an-nizham al-ikulujiy”, keseimbangan ekosistem. Untuk menjadi lestari, alam disetting secara dimanis dan tetap terikat dalam hukum keseimbangannya. Itulah sunnatullah.

Semua yang tercipta di muka bumi apapun itu ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia (Qs. al-Baqarah : 29). Tidak ada benda atau makhluk apapun kecuali berfungsi dan memberikan manfaat pada kehidupan (Qs. Ali Imran : 191).

Mulai dari partikel-partikel kecil tak kasat mata, hewan air dan biota laut dengan segala jenisnya, semua binatang darat dan berbagai tetumbuhan, benda-benda padat dan cair, sampai pada makhluk-makhluk dunia lain, semisal malaikat, jin dan setan.

Segala tercipta untuk berkhidmat pada kepentingan manusia sembari bertasbih dengan cara masing-masing (Qs. al-Isra’ : 44).

Ketika setan divonis sebagai musuh nyata sekaligus penyesat manusia, tersimpul dalam benak bahwa ia tidak mendatangkan manfaat apapun, justru penyebab terjadi hadirnya segala mudarat.

Ternyata kesimpulan ini juga pernah terlintas dalam pikiran Sulaiman as., nabi sekaligus raja yang menundukkan para jin dan setan sebagai pekerjanya (al-Anbiya’ : 82).

Beliau pernah jenuh menyaksikan banyak manusia yang berbuat dosa dan melakukan pelanggaran, lalu menganggap setan-lah yang menjadi biang penyebabnya.

Konon, suatu ketika, Sulaiman bermunajat kepada Allah Swt. agar dizinkan menangkap semua setan lalu mengikat dan mengurung mereka di suatu tempat. Melalui malaikat penurun wahyu, Allah Swt. menyampaikan bahwa tidak ada kebaikan bagi manusia memenjarakan para setan itu.

Namun Sulaiman tetap ‘ngotot’ berdo’a memohon izin untuk melakukannya, meskipun hanya untuk beberapa hari saja.

Di akhir dialog wahyu ini Allah Swt. memberikan izin kepada Sulaiaman untuk menangkap, mengikat dan mengurung para setan.

Nabi Sulaiman as. dengan segala kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya, dalam memenuhi keperluan kehidupan sehari-hari pribadi dan keluarganya, ternyata tidak pernah mengambil dari kerajaan dan kekuasaannya.

Beliau lebih memilih hasil usaha, jerih payah dan tetesan keringatnya sendiri untuk menjadi sumber nafkah keluarga. Oleh karena itu, di samping bertugas sebagai raja, beliau punya usaha home industry berupa kerajinan tas yang produknya dijual di pasar-pasar rakyat.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved