Perang Israel vs Palestina

Nasib Pilu Warga di Jalur Gaza Saat ini, Makanan dan Obat Menipis, Anak-anak Menangis Setiap Malam

Ketika perang antara Israel dan Hamas berkecamuk selama empat hari berturut-turut, lingkungan yang dulunya ramai di pusat Kota Gaza tinggal reruntuhan

AFP PHOTO/AHMAD GHARABLI
Sistem anti-rudal Iron Dome milik Israel di kota Ashdod saat mencegat sebuah roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, pada Senin (17/5/2021) 

"Di sanalah kami hidup bahagia, merayakan ulang tahun dan membangun mimpi."

"Sekarang, rumah itu tinggal puing-puing," ucap Jamal lirih, dengan air matanya berlinang.

"Kami mengungsi ke sekolah terdekat untuk menyelamatkan diri, tetapi kami berdesakkan di sini bersama ratusan orang lainnya."

"Tidak ada ruang, dan anak-anak kami menangis sendiri saat tidur setiap malam," tambahnya.

Situasi perang Hamas-Israel. Asap membubung di atas gedung-gedung Kota Gaza pada Sabtu (7/10/2023), saat serangan udara Israel menghantam gedung Palestine Tower. Sedikitnya 70 orang dilaporkan tewas di Israel, sedangkan otoritas Gaza merilis jumlah korban tewas sebanyak 198 orang.
Situasi perang Hamas-Israel. Asap membubung di atas gedung-gedung Kota Gaza pada Sabtu (7/10/2023), saat serangan udara Israel menghantam gedung Palestine Tower. Sedikitnya 70 orang dilaporkan tewas di Israel, sedangkan otoritas Gaza merilis jumlah korban tewas sebanyak 198 orang. (AFP/MAHMUD HAMS)

Namun, bahkan di sekolah-sekolah tempat warga Gaza berlindung, kehidupan mereka tetap diwarnai dengan kekurangan di tengah bencana kemanusiaan yang membayangi.

Blokade berarti Jalur Gaza bergantung pada Israel untuk pasokan makanan, bahan bakar, obat-obatan dan listrik.

Sekarang, Israel telah mengatakan akan memotong pasokan penting tersebut.

Itu merupakan sebuah keputusan yang di bawah hukum internasional dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Saat ini, kebutuhan dasar sudah sangat terbatas.

"Kami hampir tidak punya cukup makanan untuk memberi makan anak-anak kami," kata Zainab Matar, seorang ibu dari empat anak di Jalur Gaza.

"Air minum bersih adalah sebuah kemewahan, dan kami tidak dapat menjaga anak-anak kami tetap hangat di malam hari karena kami tidak memiliki pakaian yang layak," tambahnya.

Sekolah juga bukan lagi tempat yang aman.

Menurut UNRWA, setidaknya empat sekolah di Gaza mengalami kerusakan akibat pengeboman Israel.

"Kami pikir dengan datang ke sekolah akan melindungi kami."

"Tetapi bahkan di sini, kami hidup dalam ketakutan," kata Zainab.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved