Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Mengunduh Berkah
Orientasi hidup dengan materi sebagai ukuran kesuksesan tidak akan pernah menemukan kata selesai. Bahkan kurang dan kurang lagi.
Al Qur’an sendiri menyebut dirinya sebagai kitab yang penuh keberkahan “haza zikrun mubarakun anzalnahu” (Qs. al-Anbiya’ : 50) dan “wa haza kitabun anzalnahu mubarukun” Qs. al-An’am : 155. Menurut Al-Maraghi, keberkahan pada Al Qur’an adalah informasi pengetahun yang diturunkan Tuhan dan menjadi petunjuk manusia menuju jalan kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu, meraih keberkahan Al Qur’an berarti menjadikannya pedoman dalam kehidupan sehingga sepanjang hidup diliputi oleh kebaikan.
Sumber dari semua keberkahan adalah Allah Swt. Dialah yang memberikan dan mencabut berkah dari seseorang. Jika Allah Swt. sudah memberkahi, maka hidup seseorang akan selalu diliputi oleh kebaikan. Apapun yang dimilikinya dan yang ada bersamanya juga menjadi sumber kebaikan. Tidak hanya pada dirinya, tapi juga orang-orang yang ada di sekelilingnya, keluarga, istri dan anak-anaknya, tetangga dan para sahabat bahkan masyarakat. Karena itulah istilah “tabarruk” atau ‘mencari berkah’ sangat ditekankan dalam sistem pendidikan Islam, pesantren. Melawan guru atau menyakiti hatinya adalah aib dan merupakan sebab paling utama dicabutnya keberkahan ilmu.
Lalu bagaimana cara meraih dan mendapatkan berkah?. Pertama, pastikan bahwa Allah Swt. ridha dengan apa yang dilakukan dalam setiap lini kehidupan. Berjalan sesuai dengan aturan syari’at yang telah digariskan, kenali halal dan haram, serta jangan pernah menzhalimi orang lain baik fisik maupun verbal. Bukankah misi pokok hidup seorang beriman adalah “li ibtigha’ mardhatillah”, untuk meraih keridhaan Allah Swt. Tidak mungkin keridhaan Allah Swt. itu dapat diraih dengan cara-cara yang berlawanan dengan ketentuan syari’at. Tidak boleh ada dimensi kehidupan seseorang yang Allah Swt. tidak ridha. Karena itu akan menjadi penghalang mengalirnya sebuah keberkahan.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Kedua, raih berkah melalui medianya. Di antara media dicurahkannya keberkahan hidup adalah Rasul Saw. Jadikan beliau cinta dengan mencintai sunnah-nya dan memperbanyak shalawat atasnya. Meskipun secara fisik beliau telah wafat dan kembali kepada Allah Swt. 14 abad yang lalu, namun secara ruhani spiritual beliau masih aktif hingga sekarang. Oleh karena itu, beliau memastikan bahwa siapapun yang bershalawat kepadanya, beliau pasti tahun membalasnya dengan do’a kebaikan. Mencintai dan menjalankan sunnah-sunnah Nabi Saw. serta memperbanyak shalawat atasnya dalam berbagai momentum dan kesempatan dapat mengantarkan seseorang pada kecintaan beliau. Jika Nabi Saw. telah mencintai seseorang, maka Tuhan-pun akan mencurahkan keberkahan hidup padanya.
Selanjutnya, keberkahan dapat diraih melalui Al Qur’an sebagai kalam Allah dengan memperbanyak membaca dan mentadabburnya. Perlahan namun pasti berupaya mengamalkan pesan-pesan Al Qur’an dalam semua aspek kehidupan.
Banyak ayat dan hadits yang menjelaskan tentang keutamaan hidup akrab bersama Al Qur’an. Tradisi Nabi Saw., para sahabat radhiallah ‘anhum serta para salaf ash-shalih banyak terekam dalam kitab-kitab riwayat tentang bagaimana mereka berusaha meraih berkah melalui Al Qur’an. Mulai dari menggiatkan diri membacanya meskipun hanya dengan terbata-bata (yatata’ta’u), menghapal dan membacanya dalam shalat dan berbagai kesempatan, serta mencoba memahami makna-maknanya (tadabbur) meski secara terbatas. Intinya, mengakrabkan diri dengan Al Qur’an merupakan jalan meraih keberkahan.
Tidak kalah penting, meraih keberkahan dapat ditempuh dengan berbuat ihsan atau berlaku baik kepada kedua orang tua. Dalam agama, perintah ihsan kepada kedua orang tua menempati posisi kedua setelah kewajiban mentauhidkan Allah Swt. “alla ta’budu illa iyyahu wa bi al-walidain ihsana” (Qs. al-Isra’ : 23). Begitu penting kedudukan ridha orang tua bagi seorang anak sehingga Tuhan menjadikannya acuan bagi keridhan-Nya. “Ridhallah fi ridha al-walidain wa sukht Allah fi sukhti al-walidain”, bahwa ridha orang tua adalah keridhaan Allah Swt. dan marah keduanya adalah kemarahan Allah Swt. Begitu diungkapkan dalam sebuah hadits yang shahih. Bahkan, di antara azab yang disegerakan hukumannya di dunia adalah azab bagi para pendurhaka terhadap kedua orang tua, karena Allah Swt. memastikan mencabut keberkahan dari hidupnya.
Kalimat salam sebagai sapaan sesama muslim ketika bertemu atau berpisah mencerminkan pentingnya keberkahan. Penggalan kata “wa rahmat Allah wa baraktuh” mengandung pesan do’a dan harapan agar keberkahan selalu melimpah dalam kehidupan. Jika misi utama kehidupan seorang muslim adalah meraih ridha Allah Swt., maka berkah adalah buahnya. Oleh karena itu, meraih berkah adalah standar sukses yang sesungguhnya. Wallahu a’lam ! (*)
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.