Opini: Peran Combine Harvester Pada Angka Pengangguran OKU Timur

Kehadiran teknologi harus disikapi dengan bijak dan kita harus mempersiapkan diri untuk beradaptasi.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Rillando Maranansha Noor, SE (Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten OKU Timur) 

Oleh: Rillando Maranansha Noor, SE
(Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten OKU Timur)

TEKNOLOGI di era digital dewasa ini semakin merambah berbagai sektor. Revolusi industri 4.0, 5.0, disrupsi dan berbagai istilah masa kini terkait perkembangan teknologi pun bermunculan. Sektor pertanian pun tak luput dari geliat kemajuan teknologi tersebut. Pro kontra penggunaan teknologi pun mulai menjadi bahan obrolan warung kopi di kalangan petani. Mereka mulai menimbang kelebihan dan kekurangan teknologi pertanian yang digunakan, khususnya penggunaan combine harvester. Sebelum lanjut, ada baiknya saya sampaikan disclaimer dulu bahwa tulisan ini bukan bentuk penolakan penggunaan teknologi di sektor pertanian.

Kabupaten OKU Timur dikagetkan dengan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang menyentuh angka 4,79 persen pada tahun 2022. Sebelumnya Kabupaten yang mayoritas penduduknya menggantungkan hidup di sektor pertanian ini sebelumnya memiliki TPT 3,18 persen di Agustus 2021. Suatu kenaikan tingkat pengangguran yang cukup signifikan tentunya. Tingkat Pengangguran terbuka sendiri merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja.

Kabupaten yang berjuluk Bumi Sebiduk Sehaluan ini merupakan salah satu kabupaten penyangga ketahanan pangan di Sumatera Selatan, bahkan termasuk daerah dengan peningkatan produktivitas tertinggi nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2022 luas panen padi di OKU Timur mencapai 108.075 ha dengan produksi 701.510 ton/GKG. Bila dikonversi ke beras produksi tersebut mencapai 402.845 ton. Suatu angka yang menempatkan OKU Timur di Top Three penghasil padi terbanyak di Sumatera Selatan.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

Penggunaan teknologi seperti combine harvester bukan hal baru di OKU Timur, namun beberapa tahun terakhir penggunaannya semakin masif di beberapa kecamatan. Combine Harvester sendiri merupakan masin panen padi yang komplet dan canggih dalam pengoperasiannya. Mesin panen padi ini mampu menyelesaikan pekerjaan menuai, merontok, memisahkan, membersihkan dan mengayak gabah dalam satu urutan. Strukturnya kompak, mobilitas tinggi, stabil, handal, ekonomis, dan kuat aksesibilitasnya ke lahan sawah, serta hemat bahan bakar.

Kelebihan atau dampak positif penggunaan alat yang turut menandai modernisasi pertanian tersebut adalah mampu menekan biaya produksi, meningkatkan hasil produksi, menurunnya susut atau losses hasil, dan meningkatnya pendapatan karena harga yang diberikan untuk gabah yang dihasilkan dengan pemanenan menggunakan combine harvester juga lebih tinggi. Sedangkan dampak negatif penggunaan teknologi combine harvester adalah tergantikannya tenaga manusia oleh tenaga mesin sehingga kesempatan dan peluang kerja pun menjadi menurun, otomatis pengangguran dan pendapatan pun berkurang.

Budaya guyub dan gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat desa, khususnya petani turut berkurang dikarenakan adanya mekanisasi pertanian tersebut. Mekanisasi pertanian juga turut menyumbangkan polusi udara di perdesaan atau dengan kata lain tidak ramah lingkungan. Kesiapan dan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengoperasikan mesin pertanian tersebut juga perlu dipertimbangkan.

Analogi peran combine harvester terhadap angka pengangguran di OKU Timur. Penggunaan power thresher dengan buruh panen yang mengarit gabah melibatkan 20 hingga 50 orang tenaga kerja, sedangkan dengan combine harvester maksimal hanya 2 orang. Bayangkan, terjadi pengurangan tenaga kerja minimal 18 orang buruh panen, bahkan angka ini dapat mencapai pengurangan hingga 40 an orang. Suatu angka yang tentu cukup mempengaruhi pengangguran di daerah yang memiliki potensi pertanian tinggi seperti OKU Timur.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Logo TikTok Sripoku.com

Perlu dicatat, biasanya angka pengangguran akan berbading lurus dengan angka kemiskinan, namun di OKU Timur malah kedua angka tersebut bertentangan. Angka kemiskinan OKU Timur pada tahun 2022 mengalami penurunan 0,55 persen, dari tahun sebelumnya 10,66 persen menjadi 10,05 persen. Berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran terbuka yang mengalami peningkatan signifikan.

Gerakan Sumsel Madiri Pangan (GSMP) yang digagas oleh Gubernur Sumatera Selatan harus diakui mampu menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemiskinan. Masyarakat miskin yang diberikan bantuan benih, dapat memanfaatkan halaman rumahnya yang terbatas untuk budidaya hortikultura maupun perikanan. Mereka tinggal perlu merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan makannya, mereka dapat memanfaatkan hasil dari benih bantuan tadi untuk makan.

Namun GSMP belum mampu menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran. Hal ini disebabkan program GSMP umumnya baru mampu memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga penerima bantuan tersebut saja. Umumnya hasil dari bantuan tersebut dikonsumsi sendiri, bukan untuk dijual dan memperoleh penghasilan. Hal tersebut dalam pengukuran kemiskinan masih relate, karena hasil pertanian yang dikonsumsi sendiri masih dihitung. Namun untuk pengukuran pengangguran yang dihitung adalah yang dilakukan minimal satu jam dan memeperoleh atau membantu memperoleh pendapatan dari aktivitas bekerja tersebut.

Andai program GSMP ini mampu dinaikkan skala nya hingga petani tidak sebatas dapat memenuhi kebutuhan konsumsinya sendiri namun dapat pula dijual, maka GSMP akan menjadi solusi untuk berbagai permasalahan seperti kemiskinan dan pengangguran. Terutama untuk mereka yang terdampak penggunaan combine harvester, yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved