Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Mencapai Jiwa yang Tenang
Hidup mencari keridhaan Allah tidak akan hanyut oleh arus gelombang, tidak luntur oleh kesenangan dan kemewahan duniawi, tidak gelisah...
Oleh: Dr. Hj. Choirun Niswah,M.Ag.
(Dosen FITK UIN Raden Fatah Palembang)
FIRMAN Allah Swt. surat al-Fajr 27 yang artinya: Wahai Jiwa yang tenang, kembalilah engkau kepada Tuhan-mu, dengan Ridha dan diridhai, maka masuklah engkau ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah engkau ke dalam Syurga-Ku.
Dengan petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an, jiwa manusia dapat diarahkan dalam perjalanannya membawa jasad, tubuh jasmani menuju akhir penantian perjalanannya. Perjalanan yang ditempuh manusia sangatlah panjang dan jauh, yaitu selingkaran umur yang dapat diketahui selama ia hidup di dunia, dan akan bersambung lagi dengan lingkaran-lingkaran waktu hidup di masa-masa mendatang yang tidak dan belum diketahui. Termasuk yang tidak diketahui manusia ialah masa sebelum beradanya manusia di dunia ini.
Berapa lamakah manusia berada di alam arwah sebelum ia sampai ke alam dunia ini? Dan Berapa lama manusia harus menunggu “nantinya” sesudah arwahnya berpisah dari dunia ini, untuk menghadap Tuhan, seorangpun tidak ada yang tahu.
Di dalam ayat tersebut dapat dipahami beberapa pokok dari sifat perjalanan yang dijamin Allah akan keselamatannya yaitu Allah memanggil hamba-Nya dengan panggilan: Wahai Jiwa, jiwa atau ruhani yang dipanggil, bukan jasmani, bukan tubuh kasar. Karena jiwa atau ruhani manusia, itulah yang memegang peranan penting dalam kehidupan ini.
Adapun jasmani, tubuh kasar yang terdiri dari berjuta-juta sel yang membentuk darah, daging, tulang, otot, sumsum, syaraf, dan lain-lain anggota tubuh semuanya menjadi alat hidup. Kemudi hidup manusia dipegang oleh jiwa atau ruhaninya. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Saw. yang artinya: Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging apabila baik, maka baiklah tubuh itu seluruhnya, dan apabila ia rusak, maka rusaklah pula tubuh itu seluruhnya. Ketahuilah itulah hati atau jiwa.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Muthmainnah artinya yang tenang tentram. Hamba atau manusia yang berjiwa tenang tentram adalah manusia yang berbahagia. Manusia bahagia adalah manusia yang selalu ingat kepada Allah (QS: 13:28). Orang yang ingat kepada Allah adalah pada saat mencapai kejayaan ia bersyukur dan pada saat kecewa ia bersabar. Syukur dan sabar adalah imbangan yang menetapkan haluan hidup. Dan hidup adalah untuk beribadah dan bertaqwa kepada Allah. Orang yang bertaqwa kepada Allah adalah dijamin Allah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup-Nya (QS: 65: 2-3). Maka tenanglah jiwa orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.
Irji’i artinya kembalilah. Ayat ini memperingatkan manusia bahwa mereka hidup di dunia ini hanya dalam waktu yang singkat, sebentar saja, dibandingkan dengan waktu-waktu berikutnya. Mereka laksana seperti musafir. Kadang-kadang orang hidup di dunia ini cepat sekali kembali ke hadirat Allah di luar dugaan dan perkiraannya.
Apabila sudah mendapat panggilan ayo kembali, maka tidak bisa lari dari panggilan Allah ini. Siapapun dia seorang presiden ataupun jenderal yang gagah berani sekalipun. (QS, 2:36,4: 78 dan 7: 34). Apabila telah tiba ajal seseorang dan telah sampai saatnya maka berpisahlah ia dengan alam dunia ini berpindah ke alam akhirat. Di manakah tempat manusia yang nyawanya telah terpisah dengan tubuhnya? Manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah (QS, 20:55) Nabi Muhammad Saw bersabda hidup di dunia ini adalah seperti mimpi orang yang tidur.
Hal senada dikatakan Imam Ali r.a. Manusia yang hidup di dunia laksana orang yang tidur, apabila mereka mati, mereka baru bangun dan baru sadar. Siapakah yang dapat menolong kita di kala itu? Siapakah yang dapat menghibur kita di tempat terasing? Tidak lain melainkan amal kita sendiri.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Ila Robbiki artinya menghadap Tuhanmu. Perjalanan terakhir dari kehidupan dunia ini, manusia akan menemui Tuhan untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya (QS: 102: 8). Sebagaimana Sabda Nabi, Belum lagi beralih seorang hamba pada Hari Kiamat hingga dia akan ditanya empat hal. Umurnya, untuk apa telah dihabiskannya, tubuhnya apa yang telah dikerjakannya, kekayaannya dari mana dia mendapatkannya dan dipergunakannya untuk apa?
Semua yang ada pada manusia adalah anugerah dari Allah, maka manusia akan diminta pertanggungjawabannya kepada Allah pada Hari Kemudian yang dikenal dengann HISAB. Kalau manusia di dunia ini dapat melepaskan diri dari pertanggungjawab kepada Masyarakat, tetapi manusia tidak dapat meloloskan diri dari pertanggungjawaban kepada Allah pemilik dan penguasa alam semesta. (QS, 38: 26)
Radhiyatam Mardhiyah artinya dalam ridha dan diridhai. Tujuan hidup sebenarnya adalah mencari ke-Ridhaan Allah. Hidup mencari keridhaan Allah tidak akan hanyut oleh arus gelombang, tidak luntur oleh kesenangan dan kemewahan duniawi, tidak gelisah dalam menghadapi situasi yang beraneka ragam, tetapi tetap berjalan di atas dasar petunjuk Allah dan yang di-ridhai-Nya. Hamba yang bersifat dan berwatak demikianlah yang akan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, yang akan MENCAPAI KETENANGAN dan KETENTRAMAN HIDUP yang pada akhirnya akan mendapat panggilan dari Allah yang sangat mengembirakan: Maka masuklah engkau ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah engkau ke dalam Syurga-Ku.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.