Mimbar Jumat

Spirit Islam Dalam Merdeka Belajar

Merdeka belajar dalam Islam merupakan spirit untuk memenuhi rasa ingin tahu dan rasa ingin mengenal Allah (Ma’rifatullah) tanpa dibatasi oleh...

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Dr Fitri Oviyanti MAg (Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang). 

Oleh: Dr Fitri Oviyanti MAg
(Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang)

Artinya : “1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena.5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS. Al-‘Alaq: 1-5)

SURAT al-‘Alaq merupakan wahyu pertama dari Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. Surat al-‘Alaq adalah surat pendek ke-96 dalam al-Qur’an yang tergolong dalam surat Makiyyah (ayat al-QUr’an yang turun di Mekkah sebelum nabi hijrah ke Madinah).

Pesan pertama dalam surat ini sangat singkat, namun padat dan berisi. Iqro’, bacalah…tanpa batasan objek bacaan. Ada konsep “Merdeka” di dalamnya. Sebuah konsep yang kini diadaptasi dalam “Merdeka Belajar”. Terdapat spirit Islam dalam Merdeka Belajar, yaitu spirit untuk memenuhi rasa ingin tahu (courisity) dan rasa ingin mengenal Allah (ma’rifatullah) dengan menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan serta ketrampilan tanpa dibatasi oleh sekat-sekat jurusan.

Hakikat merdeka Belajar
Kata Merdeka, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bebas, berdiri sendiri, lepas, tidak terikat, dan tidak tergantung kepada orang lain atau pihak tertentu. Sedangkan belajar, berarti perubahan perilaku yang muncul dalam diri seseorang akibat proses mental karena adanya interaksi dengan lingkungan.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Merdeka belajar bermakna memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara bebas, nyaman, santai, dan bahagia tanpa tekanan dari pihak sekolah. Merdeka belajar merupakan proses pembelajaran secara alamiah untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya dalam diri peserta didik. Ini merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem. Tujuannya adalah agar para guru, peserta didik dan orang tua bisa merasakan suasana yang bahagia dalam pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran Pendidikan para pendiri bangsa Indonesia, merdeka belajar berarti mengakui hak-hak manusia secara kodrati untuk memperoleh pengalaman dan pembelajaran secara bebas. Tujuannya adalah untuk menciptakan manusia yang berkarakter, sesuai dengan amanat tujuan pendidikan nasional. Merdeka belajar mengakui kodrat manusia dan membebaskan manusia untuk memperoleh pembelajaran dan pengalaman.

Dalam Teacher Education in the 21st Century (2019), kurikulum yang berpusat pada peserta didik (Student Centered) akan memberikan ruang gerak pada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam memproduksi ilmu pengetahuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika peserta didik diberikan kebebasan dalam proses pembelajaran. Untuk memiliki kemampuan tersebut, peserta didik harus mempunyai kepercayaan diri yang didorong oleh pengendalian diri yang kuat guna mengelola kemampuannya agar memperoleh kualifikasi yang diharapkan.

Merdeka Belajar dan Spirit Islam
Merdeka belajar menginginkan agar peserta didik menguasai berbagai kompetensi dan ketrampilan secara luas dan multidisipliner. Semangat merdeka belajar ini sejalan dengan filosofi Iqro’ dalam Islam. Ayat pertama dalam surat al-‘Alaq ini berbunyi Iqro’ (bacalah). Ini adalah perintah membaca tanpa dibatasi obyek yang harus dibaca.

Dalam ayat Iqro’ bismirobbikalladzi kholaq, Allah tidak menjelaskan objek (maf’ulunbih) yang dibaca. Hal ini mengindikasikan bahwa Allah memberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada manusia untuk membaca, mengamati, dan mempelajari apa saja, tak terbatas. Asalkan proses pembacaan dan pembelajarannya dibingkai dengan bismirobbik, yaitu dengan nama, niat dan motivasi hanya mengharapkan ridho Allah SWT.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

Sejarah peradaban Islam juga telah membuktikan bahwa para ulama muslim di masa lalu sejatinya juga telah mengamalkan konsep merdeka belajar. Sebut saja misalnya al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Farabi, Ibn Rusyd, al-Ghazali, al-khawarizmi, Ibnu Maskawih dan sebagainya. Ulama-ulama ini cenderung menguasai banyak bidang keilmuan dan tidak monodisiplin. Misalnya, Ibnu Sina, beliau tidak hanya pakar di bidang kedokteran, tetapi juga penghafal al-Qur’an, menguasai filsafat, matematika, fiqih, bahasa, dan musik.

Merdeka Belajar dan Visi Kenabian
Semua nabi Allah diberi tugas untuk mengajarkan tauhid (aqidah) kepada umat manusia. Esensi tauhid adalah mengesakan Allah, tidak pernah menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu, hakikat bertauhid sejatinya adalah memerdekakan diri dari semua bentuk selain Allah SWT. Dengan kata lain, adalah manusia yang hanya menuhankan Allah SWT di dalam hatinya adalah manusia yang merdeka.

Kisah nabi Ibrahim, As mencari Tuhan yang diabadikan di dalam al-Qur’an menggambarkan dialog kosmologis-teologis yang sangat bermakna.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved