Berita Viral

Kisah Murid SD di Yogyakarta, Terobos Dinginnya Pagi Demi Sekolah, Jalan Kaki Sampai 1.5 Kilometer

Septi masih kelas tiga di Sekolah Dasar Kutogiri pada Pedukuhan Parakan. Ia hidup bersama ayah, ibu dan kakaknya yang sudah bekerja di pinggiran Kabu

KOMPAS.COM/DANI JULIUS
Dewi Septiani (12) Pedukuhan Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia dan keluarganya tinggal di kampung terpencil di Watu Belah. 

Jeriken 50 liter jadi tempat duduk saat belajar.

Di ruang itu, ia suka menggambar dan mewarnai.

“Saya suatu hari nanti ingin jadi pelukis,” kata Septi.

Dewi Septiani (12) Pedukuhan Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia dan keluarganya tinggal di kampung terpencil di Watu Belah.
Dewi Septiani (12) Pedukuhan Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia dan keluarganya tinggal di kampung terpencil di Watu Belah. (KOMPAS.COM/DANI JULIUS)

===

Hidup Terpencil

Kampung Suci sebutan warga bagi kawasan tempat tinggal keluarga Sumiran.

Kampung itu berada di seberang sungai di balik Pedukuhan Watu Belah.

Dulunya, kampung Suci ini berisi sekitar 10 keluarga.

Sisa keberadaan mereka masih ada, seperti bekas pondasi, tonggak rumah yang tersembunyi dalam semak, jalan setapak tertutup rumput tinggi, hingga bangunan kosong.

“Warga di sini sudah berpindah ke tempat yang dekat akses jalan. Mengingat kewilayahan, di sini sulit geografis. Rumah terdekat (dari Sumiran) antara 1,5-2 kilometer,” kata Gunawan, tetangga Sumiran di RT 45 RW 22.

Gunawan mengungkapkan, sejumlah bantuan mengalir dari beberapa pihak.

Terutama bantuan sosial Program Keluarga Harapan dari pemerintah, mulai dari bantuan untuk keluar pra-sejahtera, KIP dan KIS, hingga bantuan rumah yang lebih dekat dengan perkampungan warga.

“Karena ada beberapa hal yang belum selesai, maka belum ditempati,” kata Gunawan.

Istri Sumiran, Sugiyanti menceritakan, keluarga mereka belum memutuskan pindah ke rumah baru di tengah pedukuhan karena rumah yang ditempati sekarang merupakan rumah tabon atau warisan orangtua.

Turun temurun mereka hidup di sana, hidup dari alam.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved