Buya Menjawab

Pandangan Berwasilah kepada Nabi Muhammad

Bertawassul kepada Allah SWT dengan amal saleh dibolehkan, juga bertawassul dengan meminta doa kepada orang-orang shaleh yang masih hidup

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/ANTON
Ilustrasi. 

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
MOHON penjelasan Buya, apakah dibenarkan dalam agama Islam untuk berwasilah kepada Nabi Muhammad SAW, padahal kita semua tahun belum sudah wafat. Mohon pencerahan dari Buya. Terima kasih sebelumnya.
08235224XXXX

Jawab:
Waalaikumussalam Wr Wb
Tawassul/Berwasilah (membuat perantara) adalah menjadikan sesuatu sebagai perantara agar suatu do’a dan permohonan yang dimaksudkan terkabul.

Menurut pendapat ulama Wahabi; Bertawassul kepada Allah SWT dengan amal saleh dibolehkan, juga bertawassul dengan meminta doa kepada orang-orang shaleh yang masih hidup mengacu pada Riwayat Anas bin Malik ra. menuturkan bahwa ketika kaum muslimin ditimpa kemarau panjang, Umar bin Khattab ra. bertawassul dengan meminta doa dari ‘Abbas bin Abdul Muthallib, seraya berkata: ”Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepadaMu dengan do’a Nabi kami, maka Engkau turunkan hujan untuk kami. Setelah Nabi kami wafat, kami bertawassul dengan doa paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan untuk kami. Lalu Allah pun menurunkan hujan untuk mereka”. (HR.Bukhari)

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Menurut ulama Ahlussunnah, bertawassul kepada Nabi Muhammad SAW. dan orang-orang saleh baik ketika masih hidup maupun setelah mereka meninggal dianjurkan. Rasulullah SAW. Bersabda; “Jangan jadikan rumah kalian (seperti) pemakaman, jangan jadikan makamku seperti hari Raya dan bersholawatlah kepadaku, karena dimanapun kalian berada shalawat kalian akan sampai kepadaku.” (HR.Abu Dawud).

Dari hadits di atas ada tiga hal; pertama, jangan jadikan rumah sebagai pemakaman, artinya sepi dan sunyi, artinya perbanyak shalat sunnat dan zikir di rumah. Kedua, jangan jadikan makam Nabi seperti hari raya, artinya diramaikan sekali setahun. Lebih dalam maksudnya datangi makam Rasulullah SAW sesering mungkin. Meramaikannya dengan bershalawat dan berzikir.

Ketiga, sesungguhnya Nabi SAW. hidup di makamnya, dan kita yang penuh dosa ini dianjurkan untuk senantiasa mendatangi Nabi SAW. Sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam surah An-Nisa’ ayat 64 yang artinya, ”… Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya, datang kepadamu, lalu mereka memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (An-Nisa’:64).

Dari ayat di atas, jika seorang muslim berbuat dzalim kepada dirinya sendiri dengan melakukan beberapa perbuatan dosa, maka dianjurkan untuk mendatangi Rasulullah SAW. (baik ketika beliau masih hidup ataupun setelah wafat) dan meminta beliau memohonkan ampun kepada Allah SWT.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

Seperti diceritakan di dalam Tafsir Ibnu Katsir, bahwa ada seorang Badwi berziarah ke makam Rasulullah SAW. Dia berkata: ”Salam sejahtera bagimu wahai Rasulullah (utusan Allah) Aku mendengar Allah mewahyukan (dibacakannya ayat 64 surah An-Nisa). Selanjutnya orang Badwi tiu berkata: ”Sekarang aku telah datang kepadamu, mengharap syafaatmu agar Allah mengampuni dosaku.”

Selanjutnya Badwi itu mengucapkan beberapa bait syair; ”Duhai sebaik-baik manusia yang jasadnya terkubur di bumi karena keharumannya…"

Setelah itu Badwi itu pergi meninggalkan makam Rasulullah SAW. ‘Attabi yang saat itu berada disitu, tak kuasa menahan kantuk, lalu tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dan beliau memerintahkannya untuk mengejar Badwi tersebut dan supaya menyampaikan kabar gembira kepada Badwi itu bahwa Allah telah mengampuninya. (Ismail bin Umar bin Katsir Ad-Dimsyqi, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, Darul Fikr, Beirut, 1401, hlm.521)

Dari keterangn di atas bahwa setelah wafatnyapun Rasulullah SAW. masih dapat memberikan syafaat, dan mimpi ‘Attabi bertemu dengan Rasulullah SAW. tersebut adalah Ru’yah shadiqah (mimpi yang benar) karena kata Rasulullah SAW. bahwa Iblis tidak bisa menyerupai Rasulullah SAW.

Demikian jawaban Buya, untuk dijadikan pedoman dalam berwasilah kepada Rasulullah SAW. Semoga bisa memberi penjelasan. (*)

Update COVID-19 18 Mei 2023.
Update COVID-19 18 Mei 2023. (https://covid19.go.id/)
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved