Banjir Sumsel

Cerita Eko Warga Desa Sadan yang Selamat Dari Banjir Bandang, Tiang Pondok Sudah Terbawa Arus

Bencana tanah longsor melanda sejumlah Kecamatan di Kabupaten Lahat meyisakan cerita Eko Warga Desa Sadan yang selamat dari banjir bandang

Penulis: Wawan Septiawan | Editor: adi kurniawan
Sripoku.com/Wawan Septiawan
Warga Desa Sadan Kecamatan Jarai yang melihat kondisi sawah miliknya yang sudah dipenuhi lumpur akibat banjir bandang, Kamis (9/3/2023) dini hari 

SRIPOKU.COM, PAGAR ALAM -- Bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah Kecamatan di Kabupaten Lahat, Kamis (9/3/2023), bencana ini membuat beberapa kecamatan menjadi lumpuh karena akses jalan yang terendam banjir.

Bahkan jalan lintas utama dan alternatif menuju Kota Pagar Alam sempat ditutup total karena banjir bandang menutupi badan jalan.

Tidak hanya itu tanah longsor juga membuat jalan alternatif Pagar Alam - Lahat tidak bisa dilewati.

Selain itu sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Lahat rusak akibat terjangan Banjir Bandang tersebut.

Seperti yang terjadi di Desa Sadan Kecamatan Jarai tepatnya diarah Sawah Libagh.

Puluhan hektar sawah rusak dan terandam lumpur dari banjir bandang dari Sungai Rantai Dedap.

Bencana ini selain merusak rumah, areal pertanian dan bangunan lain, juga menyisakan trauma sejumlah warga termasuk Eko (34) warga Desa Sadan.

Baca juga: Breaking News : Banjir Bandang Landa OKU Selatan, 3 Unit Rumah Warga Dilaporkan Hanyut

Saat kejadian Banjir Bandang Kamis (9/3/2023) dini hari, Eko bersama anak dan istrinya sedang bermalam dilahan sawah mereka.

"Tadi malam kami sekeluarga memang sedang bermalam di sawah, saat dini hari saya terbangun mendengar suara gaduh dari bawa pondok. Namun saat saya lihat ternyata suara tersebut berasal dari aliran sungai yang sudah berada tepat dibawa pondok saya," ujarnya.


Melihat itu dirinya langsung membangunkan istri dan anaknya dengan tujuan untuk pergi dari pondok. Namun melihat arus sungai yang sudah deras dirinya takut meninggalkan pondok membawa anak istrinya.


"Anak dan istri saya sudah menangis karena takut pondok kami terbawa arus. Dengan rasa takut kami terpaksa menunggu hingga matahari terbit untuk bisa keluar dari pondok," katanya.

Saat menunggu matahari terbit Eko sudah pasrah jika hal buruk terjadi pada mereka.

Pasalnya terdengar salah satu tiang pondok miliknya sudah terbawa arus sungai.

"Cuma bisa pasrah kak, sebab untuk keluar pondok kami tidak bisa dan takut. Saya hanya berharap pondok kami tidak hanyut terbawa arus," ungkapnya. 

Saat air sudah mulai surut Eko langsung membawa anak dan istrinya keluar meninggalkan pondok kearah dataran yang lebih tinggi.


"Pas sudah keluar saya langsung membawa anak istri saya lari dan terlihat satu tiang pondok kami memang sudah hilang terbawa arus," katanya.

Sedangkan untuk lahan sawah yang baru saja ditanamnya oleh Eko sudah tidak tampak lagi hanya aliran sungai yang terlihat.

"Saat air mulai surut areal sawah sudah dupenuhi lumpur dan semua tanaman padi sudah tidak terlihat. Sudah dipastikan kami tidak bisa panen karena tanam  padi sudah terkubur," ujarnya.

Baca juga: Air Bak Gelombang Hantam dan Seret Rumah Kami, Tak Ada yang Bisa Diselamatkan Hanya Baju di Badan

Sementara itu Mansa (50) warga Desa Sadan lainnya mengatakan, jika banjir bandang ini merupakan banjir bandang terbesar kedua yang terjadi di Desa Sadan, pada tahun 1979 juga pernah terjadi banjir bandang.

"Saat tahun 1979 lalu banyak korban jiwa yang meninggal, alhamdulillah banjir bandang kali ini tidak ada korban jiwa tapi lahan pertanian warga yang banyak rusak," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved