Berita Palembang

Tangisi Kematian Kakak, Adik di Palembang Protes Hasil Rekonstruksi, Sebut Korban tak Pegang Pisau

Adik korban pembunuhan terus meratap saat menyaksikan rekontruksi pembunuhan terhadap kakaknya di Jalan Serelo

Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Oki Pramadani
Adik korban pembunuhan terus meratap saat menyaksikan rekontruksi pembunuhan terhadap kakaknya di Jalan Serelo, Kelurahan 24 Ilir, Kecamatan Bukti Kecil Palembang, Rabu (4/1/2023) 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Adik korban pembunuhan terus meratap saat menyaksikan rekontruksi pembunuhan terhadap kakaknya di
Jalan Serelo, Kelurahan 24 Ilir, Kecamatan Bukti Kecil Palembang,

Ririn terus menangis lantaran tak kuasa menyaksikan adegan pelaku Agus Bolot yang menyerang kakaknya Ahmad Mulkan.

Melihat Ririn terus menangis, keluarga korban yang lainya tampak terus menenangkan Ririn.

Namun, tampaknya Ririn masih tak bisa membendung tangisnya.

Bahkan saat Kapolsek Ilir Barat I, Kompol Rian Suhendi menanyakan kepada keluarga korban apakah ada sanggahan dalam rekontruksi yang telah berlangsung, Ririn langsung berdiri dan menyatakan sanggahannya.

"Kakak aku tidak memegang pisau, dan dia itu (Agus) langsung menusuk kakak kami. Kenapa di rekontruksi ini kakak kami memegang pisau," ucap Ririn dihadapan polisi, Rabu (4/1/2022).

Menurutnya dalam rekaman CCTV tidak ada kakaknya memegang pisau.

Mendengar sanggahan tersebut, Kanit Reskrim Polsek Ilir Barat I Iptu Apriansyah, mencoba menenangkan Ririn.

Ia mengatakan bahwa ini merupakan hasil keterangan tersangka.

Nantinya di persidangan semua barang bukti termasuk juga CCTV akan di ikut sertakan dalam persidangan.

Sementara itu Dian (31) istri Mulkan menyatakan bahwa pisau yang ada pada suaminya merupakan pisau yang memang sudah ada di warung tersebut.

"Itu pisau sudah ada di warung, karena untuk berdagang dan juga memotong," ujarnya.

Terkait pengakuan Agus yang mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi karena dirinya ditagih uang es beberapa bulan lalu, padahal ia merasa bahwa belum meminum es tersebut.

"Dia itu pesan es ke saya pagi hari dan sudah saya kasihkan dan sudah diminum. Lalu sorenya saya minta uang es tersebut tapi Agus merasa tidak senang dan melemparkan uang tersebut ke arah saya," ujar Dian.

Melihat Agus melemparkan uang tersebut, Dian tidak mau mengambilnya dan meninggalkan Agus, karena dia tidak suka jika Agus memberikan uang tersebut dalam kondisi emosi dan uang itu di lempar.

"Saya serahkan semua ke hukum, dan saya inginkan dia (Agus) dihukum seumur hidup biar dia jera," tegas Dian.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved