Liputan Khusus

Mengintip Bisnis Kos di Sekitar Kampus, Rp 10 Juta Hanya Kamar

Para pemilik dan pengelola bisnis ini juga bersaing untuk mendapatkan penyewa dengan menawarkan biaya dan fasilitas yang terjangkau penyewa.

Penulis: Merry Lestari | Editor: Soegeng Haryadi
DOK. SRIPO
Sripo edisi Minggu (29/5/2022); Rp 10 Juta Hanya Kamar 

Jemat Akhir, seorang pemilik dan pengelola tempat kost di Jalan Tombak Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Kemuning Palembang, tepatnya di belakang pangkas rambut Albab mengungkapkan, kos miliknya itu merupakan yang pertama yang ada di sekitaran Jalan Tombak, dan telah berdiri sejak puluhan tahun lalu.

"Kalau kita di sini udah lama, udah dari tahun 80-an dan merupakan kos-kosan pertama di daerah sini," kata Jemat kepada Sripo, Sabtu (21/5/2022).

Kos-kosan yang dikelola Jemat merupakan milik keluarga yang didirikan oleh orang tuanya sekitar tahun 1980 silam.

"Ini pertama dulunya kos 10 pintu punya bapak saya, dan setelah beliau meninggal dibagikan ke kami anak-anaknya," lanjut Jemat.

Kini kos milik Jemat tersebut telah berkembang dari yang semula berjumlah 10 pintu, kini telah menjadi hampir sekitar dua kali lipat dan telah diwariskan kepada anak-anaknya. Bahkan ada beberapa bagian yang juga telah diturunkan kepada para keponakannya.

Menurutnya, dari kos-kosan tersebut pulalah ia dan saudara-saudaranya bisa terus bertahan hingga saat ini.
Sejak pertama berdiri, para penghuni yang menyewa di kos-kosan keluarganya itu adalah mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa UIN yang berasal dari daerah luar Kota Palembang mencari kos-kosan yang murah dan bagus.

Adapun kos-kosannya dibanderol dengan harga Rp 900.000 per bulannya, dengan luas ruangan sekitar 4,5 x 5 meter dan tinggi sekitar 4 meter. Di dalamnya terdapat 4 ruangan yang terdiri dari 1 ruang tamu, 1 kamar yang dilengkapi dengan ranjang 1 ruang dapur dan kamar mandi.

Penyewa di kos-kosan miliknya juga bisa ditunggu oleh 3 sampai 4 orang, sehingga harga yang harus dibayar oleh penyewa pun bisa lebih ringan. "Boleh bertiga, berempat, jadi bayarnya bisa patungan, dibagi," kata Jemat.

Pak Jemat juga mengungkap area jalan yang dikenal saat ini Tombak saat ini, dulunya merupakan daerah rawa dan atas kerjasama masyarakat sekitar akhirnya dibangun jalan Tombak, ayahnya merupakan salah satu tokoh yang ikut andil dalam pembangunan jalan tersebut. (cr41)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved