Cerita Putri Jenderal Ahmad Yani Sembuhkan Trauma Peristiwa G30S/PKI, Tiap Jam 6 Pagi Turun ke Sawah
Jenazah para perwira yang gugur ini kemudiang dibuang ke dalam sumur yang disebut sebagai Lubang Buaya.
SRIPOKU.COM - Peristiwa sejarah G30S/PKI tentunya masih segar diingatan mayarakat Indonesia.
Melansir dari Tribun Jabar, ada 7 perwira TNI yang diculik dan dibunuh dalam peristiwa G30S/PKI.
Peristiwa penculikan pada G30S/PKI ini dilakukan karena tudingan akan melakukan makar kepada Presiden Pertama Indonesia, Seokarno.
Jenazah para perwira yang gugur ini kemudiang dibuang ke dalam sumur yang disebut sebagai Lubang Buaya.
Salah satu perwira TNI yang gugur dalam peristiwa ini adalah Jenderal Ahmad Yani.
Jenderal Ahmad Yani terbunuh pada (1/10/1965) dini hari di rumahnya yang berada pada Kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Baca juga: Sosok Sabam Sirait, Pendiri PDI-P yang Malang Melintang di Parlemen, Berpulang Dalam Usia 85 Tahun
Baca juga: PENDIAM tapi Cerdas, Jejak Karir Sersan Mayor Kusman hingga Menjadi Letkol Dalang G30S PKI
Lalu melansir dari Tribun Makassar via Kompas.com melalui wawancara khusus wartawan Widianti Kamil, putri Jenderal Ahmad Yani, Amelia Yani pun menceritakan tentang kehidupannya.
Demi menyembuhkan trauma peristiwa G30S/PKI, Amelian Yani bahkan memilih untuk hijrah ke pedesaan yang berada di wilayah Sleman, DIY.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:
Kepindahan putri Jenderal Ahmad Yani tersebut terjadi pada 1998.
"Tapi, kemudian, saya pindah ke desa, saya pindah ke sebuah dusun, dusun Bawuk namanya (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 1988). Enggak ada listrik," kata Amelia Yani.
Amelia Yani menetap di desa tersebut selama kurang lebih 20 tahun.
Bagi Amelia Yani, tinggal di desa berhasil melunturkan segala dendam, amarah, kebencian, dan penyakit hati lainnya yang selama ini dia rasakan.
"Tinggal di desa itulah yang menyembuhkan saya dari semua rasa dendam, rasa amarah, rasa benci, kecewa, iri hati, dengki. Itu hilang. Di desa, itu hilang," tuturnya.
