Breaking News

KISAH Pilu Ade Irma, Anak Jenderal AH Nasution yang Ditembak PKI, Ucapkan Kalimat Ini ke Kakaknya

Putri sulung AH Nasution, Hendrianti Sahara Nasution, menceritakan peristiwa kelam yang merenggut nyawa adiknya dalam peristiwa G30S/PKI.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
kolase/sripoku.com
Ade Irma Suryani, Anak Jendral AH Nasution 

Ade Irma dibawa ke RSPAD untuk diberikan pertolongan.

Gadis kecil itu harus menjalani operasi beberapa kali.

Hendrianti yang tak kuasa melihat adiknya yang bersimbah darah hanya bisa menangis.

"Adik saya bilang, 'Kakak jangan nangis, adik sehat'," katanya.

Selain menenangkan Hendrianti, Ade Irma juga bertanya kepada sang ibu.

"Adik tanya ke ibu saya, 'Kenapa ayah mau dibunuh mama?"

Kalimat tersebut diucapkan sebelum Ade Irma Suryani meninggal dunia.

Ia menghembuskan napas terakhirnya setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.

"Tanggal 6 Oktober adik saya dipanggil Allah. Saya sebagai manusia sudah memaafkan mereka tapi peristiwa ini tidak boleh dilupakan," ucapnya.

Kesaksian Pengasuh Ade Irma Suryani

Saat itu, sekira Maret 1960, kira-kira dua minggu setelah Ade Irma lahir (19 Februari 1960), Johana Sunarti Nasution mencari calon pengasuh buat putri keduanya di Yayasan Tilaar.

Terpilihlah Oma Tintang yang saat ini masih sangat muda.

Keraguan sempat muncul karena dia tidak percaya diri. Tapi, kebaikan hati Johana, serta jiwa mengayomi dari Jenderal Nasution saat dia mulai bertugas, membuat kepercayaan dirinya muncul.

Dia pun menjadi sangat akrab dengan orang-orang yang tinggal di Jalan Teuku Umar No 40, Menteng, Jakarta Pusat, yang sempat menjadi rumah kediaman Keluarga Nasution, termasuk puteri pertama mereka, Hendrianti Sahara (Yanti) dan Lettu Czi Pierre Andries Tendean, ajudan Nasution.

Waktu pun berjalan, Om Tintang yang sangat cinta dengan budaya Sangihe, mulai menyisipkan budaya Sangihe dalam pola asuhnya ke Ade Irma dan Yanti.

Termasuk dalam soal panggilang kepada saudara atatu kerabat yang lebih tua dan muda.

Saat peristiwa naas itu, Alpiah berumur 25 tahun. Dia menceritakan, tiga minggu sebelum Ade Irma meninggal ia sudah mendapati ada firasat buruk kepada putri bungsu sang jenderal.

Kadang suka menangis tanpa sebab dan juga tidak suka makan.

Namun takdir berkata lain, peristiwa tragis itu akhirnya merenggut nyawa Ade Irma.

Saat itu ia langsung membawanya ke rumah sakit. Namun dalam perjalanan menuju RS, Alpiah mengaku turun dari mobil untuk melaporkan kejadian naas itu.

Baca juga: JELANG Subuh, Sebelum Diculik PKI, Jenderal Soeprapto Tak Bisa Tidur Usai Cabut Gigi:Ajudan Sudirman

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved