Berita Palembang
Update Perbuatan Asusila di Pondok Pesantren Kawasan Ogan Ilir, Total Ada 26 Korban yang Melapor
satu per satu santri yang menjadi korban oknum pengasuh ponpes tersebut membuat laporan ke Polda Sumsel. total, ada 26 santri.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pasca terungkapnya perbuatan asusila di pondok pesantren wilayah Ogan Ilir, satu per satu santri yang menjadi korban oknum pengasuh ponpes tersebut membuat laporan ke Polda Sumsel.
Sebelumnya, hanya satu santri yang melapor sehingga membuat aparat kepolisian menangkap tersangka berinisial J (22) tersebut.
Dengan bertambahnya korban yang melapor, total saat ini sudah ada 26 santri yang menjadi korban perbuatan asusila.
Kombes Pol Hisar Sialagan selaku Dirkrimum Polda Sumsel didampingi Kasubdit IV, Kompol Masnoni, menjelaskan para korban baru tersebut melapor ke posko pengaduan yang dibuka oleh Dirkrimum Polda Sumsel.
"Sebelumnya ada laporan sebanyak 12 korban, kemudia bertambah 14 orang dengan total menjadi 26 korban.
Para korban didampingi orangtuanya melapor ke posko pengaduan,” kata Hisar.
Hisar mengungkapkan, dari hasil laporan yang diterima dari korban, pihaknya menghimpun dari 26 korban, sebelas diantaranya sudah dilecehkan oleh pelaku.
Sementara sisanya hanya dicabuli oleh J.
Hisar menyebut, dari pengakuan korban, ada korban yang diperlakukan tak senonoh hingga berkali-kali.
Untuk menghilangkan rasa trauma para korban, pihaknya akan menyiapkan psikolog dari Dinas Sosial dan Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Sumsel.
“Ada yang dua, enam, hingga sepuluh kali. Kita siapkan psikolog agar trauma healing para korban hilang," ungkap Hisar.
Baca juga: Pengakuan Pengasuh Ponpes di Ogan Ilir yang Berbuat Asusila ke Santri, Akui Punya Pacar Perempuan
Dihadirkan dalam gelar perkara yang digelar di Mapolda Sumsel pada Rabu (15/9/2021), J mengaku punya kelainan seksual.
Meski memiliki seorang pacar perempuan, J mengaku masih menyukai anak-anak berjenis kelamin laki-laki.
Maka dari itu, ia tak bisa mengendalikan nafsunya hingga akhirnya nekat melakukan perbuatan asusila terhadap santri yang belajar di ponpes tempat dirinya kerja.
Diakui J, usai melakukan aksinya, ia merasakan kepuasan tersendiri.