Beban Rakyat Menghadapi Pandemi Tak Kunjung Usai
Hampir dua tahun pandemi melanda dunia termasuk melanda negeri ini bahkan sampai saat ini belum menunjukkan tanda tanda akan berakhir.

SRIPOKU.COM -- Hampir dua tahun pandemi melanda dunia termasuk melanda negeri ini bahkan sampai saat ini belum menunjukkan tanda tanda akan berakhir.
Tidak hanya pemerintah harus menanggung biaya dan beban atas adanya pandemi tersebut.
Tetapi dunia usaha atau pelaku bisnis dan rakyat pun harus menanggung biaya dan beban yang tidak kecil.
Pemerintah harus mengeluarkan anggaran untuk menanggulangi pandemi alias harus ada alokasi anggaran untuk kesehatan rakyat atas adanya pandemi tersebut yang dituangkan dalam bentuk bantuan, incentif, dan lain-lain.
Tidak terkecuali bantuan sosial yang jumlah tidak tanggung-tanggung, bukan lagi hitungan milyaran rupiah tetapi sudah hitungan triliunan.rupiah.
Pelaku bisnis harus mengeluarkan biaya tetap (fixed cost) karena mereka tidak beroperasi, karena pasar sepi, karena permintaan menurun, karena daya beli anj-lok.
Dan juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi protokol kese-hatan dalam menjalankan bisnisnya.
Belum lagi mereka harus membayar pegawai yang tidak bekerja karena WFH.
Atau membayar pegawai karena adanya program PPKM (pembatasan terhadap aktivitas bisnis) dan termasuklah pengeluaran dan atau beban lainnya.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Begitu juga dengan rakyat, kalau sebelumnya mereka hanya butuh untuk meme-nuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari sebagaimana lazimnya.
Namun, selama pandemic rakyat harus juga memenuhi kebutuhan akan kesehatannya alias kebutuhan untuk mencegah penyakit yang lagi ditakuti tersebut yakni VIRUS CORONA.
Dalam menjaga kesehatannya, dan atau dalam rangka mencegah dan menangkal virus corona tersebut rakyat membutuhkan pengeluaran tambahan yang menjadi beban mereka.
Seperti harus membeli vitamin, membeli ramuan atau bahan rempah–rempah se-bagai tananaman tradisional anak negeri ini dan termasuklah membeli masker untuk melindungi mulut dan hidung dari bakteri atau virus corona tersebut.
Dalam hitungan sederhana saja, katakanlah dalam satu keluarga kecil yang ter-golong kelas menengah ke bawah (ayah-ibu-dua orang anak).
Mereka paling sedikit harus mengeluarkan uang untuk membeli vitamin, Rp. 400.000,- per bulan, untuk membeli rempah-rempah yang berhubungan untuk pencegahan virus corona sebesar Rp. 50.000,- per bulan dan untuk membeli masker sebesar Rp. 250.000,- per bulan (pengeluaran masker ini akan lebih besar apabila mereka membeli ketengan/sedikit-sedikit/eceran).
Dengan demikian dalam hitungan sederhana pengeliaran rakyat yang tergolong dalam kelompok kelas menengah ke bawah tersebut sebesar Rp.700.000,- per bulan.
Dari angka ini dapat dikatakan bahwa bagi rakyat yang tergolong kelas bawah dan tidak mempunyai penghasilan tetap, maka dapat dikatakan bahwa mereka mungkin bahkan dapat dipastikan tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan alias kebutuhan untuk pengeluaran yang digunakan untuk pencegahan virus corona tersebut.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Lantas, bila kita hubungkan dengan bantuan yang mereka terima dari pemerintah pun, ternyata tidak juga dapat memenuhi kebutuhan kesehatan alias kebutuhan untuk pengeluaran yang digunakan untuk pencegahan virus corona tersebut.
Tidak heran, kalau mereka memakai masker terkadang maskernya sudah using karena dipakai berkali-kali, tidak heran kalau mereka harus pasrah.
Syukur-syukur jika IMUN mereka kuat. Jika tidak, mereka cukup berdoa dan hanya pasrah.
Upaya yang harus dilakukan
Ada beberapa hal atau tindakan yang bisa kita lakukan.
Antara lain bagaimana meringankan beban rakyat dengan jalan membantu baik secara financial maupun dalam bentuk barang/ bahan makanan secara langsung.
Bagi kita yang dilebihkan rezeki oleh Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada salahnya kita membantu mereka melalui unit-unit organisasi social keagamaan.
Seperti lembaga zakat, infaq dan sodaqoh, atau bisa secara langsung diberikan kepada tetangga kita yang membutuhkan.
Pemerintah harus terus dan gencar membagikan masker kepada rakyat, terutama rakyat yang sedang melakukan aktivitas ekonomi atau bisnis, di pasar-pasar dan di jalan-jalan dan tempat-tempat strategis lainnya.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Ini harus rutin walaupun pandemic sudah rendah
Sebenarnya pemerintah telah berupaya membantu rakyat melalui berbagai ban-tuannya, seperti bantuan sosial, bantuan berupa incentif, dan bantuan lainnya.
Bila kita perhatikan bantuan-bantuan tersebut cukup untuk meringankan beban rakyat kelas bawah ini dalam menghadapi pandemi, namun sayang bantuan sosial tersebut kurang efektif dan terjadi penyimpangan (dikorupsi).
Bantuan sosial ini harus dilanjutkan selama pandemi bahkan pasca pandemi pun rakyat masih membutuhkannya, hanya perlu perbaikan data penerima, dan perlu adanya evaluasi model pemberian/penyalurannya serta perlu diperbesar atau dinaikan jumlahnya
Kemudian kalau kita simak pengeluaran rakyat yang bertambah dengan adanya pandemi ini.
Maka alangkah bijaknya kalau rakyat kelas mengah ke bawah pun kita berikan bantuan juga, seperti subsidi gaji atau upah yang mereka terima.
Memang ini pernah dilakukan, namun hanya untuk dua (2) bulan saja, tidak dilanjutkan.
Sebaiknya dilanjutkan selama pandemi ini, selain untuk meringankan beban me-reka, juga untuk mendorong perekonomian agar tetap stabil.
Bagi pelaku bisnis dan atau dunai usaha yang masih eksis ditengah pendemi ini, alangkah bijaknya kalau membantu rakyat melalui Corporate Social Responsibility (CSR) yang ebelumnya sudah kita lakukan.

Update 3 September 2021. (https://covid19.go.id/)
Hanya model pemberian/penyalurannya saja diubah diarahkan pada bantuan kepada rakyat yang sedang menderita atau menghadapi pandemi ini.
Untuk sementara mungkin CSR yang kita alokasikan untuk bantuan bangunan phisik tersebut, kita hentikan terlebih dahulu.
Mari kita alihkan bantuan CSR tersebut untuk membantu rakyat yang sedang menderita karena pandemi ini.
Seperti Muhamamdiyah suatu oraganisasi sosial-keagamaan yang sangat peduli dan konsen kepada kegiatan social – keagamaan – kesehatan – pendidikan.
Disinyalir Muhammadiyah telah membantu menangani pandemi dengan mengu-curkan dana Rp. 1 triliun dan menurunkan relawan sebanyak 75.000 orang (Kon-tan 4 Agustus 2021).
Pemerintah patut bangga dan berterima kasih dengan Muhammadiyah serta patut kita semua mencontoh Muhammadiyah.
Terakhir marilah kita membuka nurani dan sedikit menggugah kepedulian sosial kita dalam rangka ikut peduli membantu rakyat dalam kesulitan hidup dalam menghadapi pandemic yang tak kunjung usai tersebut. Selamat Berjuang!!!!!!!. (Amidi / Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Palembang dan Peng-amat Ekonomi Sumatera Selatan)
