Refleksi Menyambut HUT RI Ke-76. Membebaskan Pendidikan dari Belenggu Kebudayaan Asing
Sejak era kemerdekaan sampai saat ini arah kebijakan pendidikan Indonesia berakar pada ideologi Pancasila sebagai fundamental pendidikan nasional.
Sementara itu, kapitalisme mendorong semangat kompetisi untuk mendapatkan modal kapital se-cara bebas tanpa kontrol.
Kapitalisme sangat mungkin untuk menimbulkan kesenjangan sosial pendidikan di masyarakat.
Orang-orang tertentu yang memiliki modal dapat meraih kesempatan pendidikan yang baik, se-mentara orang-orang yang tidak memiliki akses kapital akan terus terpuruk dan terhalang mendapatkan layanan pendidikan bermutu.
Secara kultural bangsa Indonesia tidak memiliki akar pada sekularisme, komunisme dan kapitalisme.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Masyarakat Indonesia sangat memegang teguh nilai-nilai agama dan menjadikan agama sebagai tujuan dan proses penting pendidikan.
Mata pelajaran pendidikan agama telah, sedang, dan akan menjadi pelajaran utama yang harus diajarkan di sekolah-sekolah.
Karena itu, mengabaikan dan menolak pendidikan agama di sekolah merupakan pikiran-pikiran liar dan asing yang tidak mengakar pada landasan sosiologis bangsa Indonesia.
Ajaran agama yang lurus (hanif) tidak akan pernah bertentangan dengan fitrah kemajuan dan kebaikan peradaban manapun.
Di Indonesia, ajaran dan nilai-nilai agama yang bersifat universal justru menjadi semangat untuk melahirkan Pancasila dan membentuk serta mengembangkan konsep negara bangsa (nation state) NKRI sampai saat ini tanpa harus mempertentangkannya dengan agama.
Beberapa analisis menunjukkan bahwa saat ini pendidikan di Indonesia telah terkontaminasi oleh kebudayaan Barat yang berakar dari ideologi sekuler, kapitalis, bahkan komunis.
Indikasi yang dapat ditunjukkan adalah munculnya tawaran pemikiran untuk mengembangkan konsep dan kebijakan pendidikan yang cenderung tidak menjadikan agama dan nilai-nilai moral sebagai inti (core) pendidikan.
Penelitian Irwan Abdullah (2021) misalnya, menegaskan bahwa kebijakan pendidikan nasional yang berorientasi dunia kerja, pengembangan sisi kompetensi motorik, dan life skill ternyata di satu sisi telah berpotensi menimbulkan demoralisasi di dunia pendidikan.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Dampak nyata dari demoralisasi kebijakan pendidikan ini di antaranya adalah semakin maraknya perilaku tidak sopan, kurang menghargai sesama, tidak toleran, dan rendah kepedulian.