Dana 2 Trilun untuk Sumsel dari Akidi Tio Sudah Mencederai Akal Sehat, Kok Bawa-bawa Pejabat Daerah

"Itulah mengapa saya mengatakan itu pencederaan akal sehat kita. Karena antara niat baik dengan akal sehat dan realitas tidak beda jauh,"

Editor: Refly Permana
Humas Polda
Bantuan diberikan keluarga mendiang Akidi Tio mencapai Rp 2 Triliun, melalui dokter keluarga mereka di Palembang, Prof dr Hardi Darmawan, di Mapolda Sumsel, Senin 26 Juli 2021 

Penulis: Linda

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Adanya wacana dana Rp 2 triliun untuk Sumsel yang disumbangkan mendiang Akidi Tio menarik perhatian banyak pihak. 

Tak terkecuali mantan Menkumham dan Dubes Indonesia untuk Rusia dan Belarusia, Prof Hamid Awaludin PhD yang sempat menulis dengan judul Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat.

Lalu dari mana ide atau inspirasi tersebut muncul?

Untuk itu Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post mengadakan Live Talk bersama Mantan Menkumham dan Dubes Indonesia untuk Rusia dan Belarusia Prof Hamid Awaludin, Ph.D.

"Idenya dari pengalaman empirik. Sudah beberapa kali terjadi pemasungan pejabat publik Indonesia," kata Prof Hamid Awaludin saat Live Talk dengan tema Misteri Sumbangan Rp 2 Triliun dan Pelecehan Akal Sehat Pejabat, Selasa (3/8/2021).

Lebih lanjut ia mengatakan, seperti dulu ada Menteri Agama yang menyatakan ada ongokan emas batangan di bawah tanah, yang bisa melunasi hutang Indonesia. Itu statmen penjabat loh.

"Kalau mau melunasi utang Indonesia artinya butuh 6000 ton emas batangan. Kalau dikonversikan dengan truk yang bermuatan 4 ton dan panjangnya 5 meter, maka kalau dideretkan bisa dari Kebayoran baru hingga HI," katanya.

Menurutnya, dari sini saja bisa belajar dari pengalaman.

Heriyanti Akidi Tio Dimata Tetangga; Cik Yanti Orang Baik Suka Membantu, Masih Percaya Uangnya Ada

Maka kalau tiba-tiba ada deklarasi pakai styrofoam menyumbang Rp 2 triliun. Kalau dia nyumbang Rp 2 triliun, berapa banyak hartanya, dan berapa banyak pajaknya. 

"Ada juga waktu kejadian di Palu dan NTB, konglomerat mau bangun 1500 rumah secara cuma-cuma. Sampai sekarang belum pernah saya dengar kalau itu sudah terbangun.

Maka saya bilang ini mencederai akal sehat. Sebagai insan universitas saya merasa terganggu secara intelektual," ungkapnya.

Lalu pertanyaannya kenapa selalu berulang?

Menurut Prof Hamid Awaludin, selain selalu berulang, juga ada persoalan mendasar yaitu kenapa harus selalu diupacarakan dan melibatkan pejabat baik pusat maupun daerah. 

"Itulah mengapa saya mengatakan itu pencederaan akal sehat kita. Karena antara niat baik dengan akal sehat dan realitas tidak beda jauh.

Halaman
12
Sumber: Tribun Sumsel
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved