Learning Loss Dan Gagalnya Fungsi Sekolah Di Masa Pandemi
Selama masa pandemic covid-19 sejak dua tahun lalu sekolah seperti kehilangan arah untuk mengorganisir pelaksanaan pembelajaran peserta didik.
Prolog
Learning loss adalah istilah yang sangat populer saat ini untuk menggambarkan hilangnya pembelajaran di sekolah sebagai akibat tidak dilaksanakannya proses belajar tatap muka.
Selama masa pandemic covid-19 sejak dua tahun lalu sekolah seperti kehilangan arah untuk mengorganisir pelaksanaan pembelajaran peserta didik.
Sebagai solusi pemerintah melaksanakan kebijakan belajar dari rumah melalui sistem pembelajaran online.
Sepintas kebijakan ini sangat tepat seiring dengan dicanangkannya konsep merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Secara umum konsep merdeka belajar adalah memberikan ruang yang luas kepada peserta didik untuk bebas mengakses ilmu pengetahuan dari berbagai sumber belajar di luar kelas melalui internet dan media online.
Sehingga guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar seperti selama ini.
Konsep merdeka belajar tidak lagi dibatasi oleh kurikulum formal, tetapi peserta didik dan guru harus kreatif untuk menggapai pengetahuan.
Peserta didik benar-benar dilatih untuk mandiri.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Jika kebijakan merdeka belajar telah efektif maka proses belajar di masa pandemic dengan menggunakan sistem daring seharusnya tidak menjadi masalah.
Namun kenyataannya, sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua sering mengeluh bahwa proses belajar dengan sistem online tidak efektif dan disorientasi.
Survei yang dilakukan SMRC menunjukkan bahwa 92 persen peserta didik mengalami banyak masalah dalam pembelajaran sistem daring (Katadata.co.id, 2020).
Beberapa riset mengenai efektivitas pembelajaran dengan sistem online menunjukkan banyak kendala dalam proses pembelajaran daring sehingga tidak efektif untuk memberikan peserta didik pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara optimal.
Gagalnya Fungsi Sekolah di Masa Pandemi
Peter F. Oliva dalam Developing Curriculum (1992) menegaskan bahwa salah satu fungsi penting penerapan kurikulum di sekolah adalah memungkinkan terjadinya human activity atau aktivitas kemanusiaan di lingkungan sekolah.
Sekolah wajib memfasilitasi terjadinya interaksi yang positif dan mendidik antara guru dan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Dalam proses pembelajaran daring, justru human activity ini telah dirampas, sehingga peserta didik sama sekali teralienasi dengan lingkungan pendidikannya sendiri.