Berita Palembang
Mengenal Tradisi Ngidang - Ngobeng di Palembang, Budaya Muliakan Tamu yang Datang
Menyajikan makanan merupakan budaya melayu yang ada di Palembang, menjadi sesuatu yang sangat dianjurkan sesuai dengan ajaran Islam.
Penulis: maya citra rosa | Editor: RM. Resha A.U
Padahal makan dengan cara ngidang sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam.
Selain itu sebelum makan, bersama-sama harus mengidangkan atau menyajikan makanan terlebih dahulu, hal ini sebagai wujud gotong royong yang harus dilestarikan.
"Sebelum makan harus menyediakan makanan secara gotong royong, yang terdapat nilai positif dan bisa menjalin komunikasi tanpa memperhatikan status sosial, semuanya rata duduk bersila," tuturnya.
Alat yang biasanya digunakan pada saat makan di lesehan ini adalah piring, mangkuk kecil untuk cuci tangan, gelas minum, piring-piring penyajian untuk lauk pauk.
Baca juga: Sambal Buatan Ibu, Bikin Pemain Sriwijaya FC Ini Pulang ke Kampung Halaman: Udah Tradisi
Baca juga: MENGINGAT Mati, Ziarah Kubur, Tradisi Jelang Ramadhan: Ust Abdul Somad Punya Pandangan Ini
Hidangan digelar pada selembar kain dengan tempat nasi berupa nampan atau dulang ditempatkan pada bagian tengah.
Dulang atau talam adalah nampan berbentuk lingkaran yang biasanya berbibir pada tepinya, Dulang dapat dibuat dari kayu atau kuningan.
Kemas juga menjelaskan bahwa nasi yang disajikan berupa nasi minyak atau nasi putih, bisa juga kedua-duanya dikombinasikan.
Nasi minyak atau nasi samin adalah nasi yang dimasak dengan minyak samin dan rempah-rempah khas Nusantara dan Timur Tengah.
Setelah nasi diletakkan ditengah-tengah, selanjutnya petugas akan menyusun iwak atau lauk.
Lauk disiapkan dalam piring-piring kecil dan ditata mengelilingi dulang nasi tersebut. Lauk pauk disusun berhadapan agar para tamu mudah mengambilnya.
Jumlah lauk didalam piring sudah dihitung dan disesuaikan dengan para tamu yang akan menyantapnya.
"Lauk yang dihidangkan berupa Ayam opor, Malbi, Pentol (Pentol salah satu masakan khas Palembang yang terbuat dari daging ikan yang dicampur dengan parutan wortel, kelapa dan bumbu lainnya, kemudian di tusuk dan digoreng) Lalu ada Sayur, biasanya sayur yang dihidangkan berupa sayur buncis," ujarnya.
Baca juga: Banyak yang Minta Bersihkan Rumput, Bocah 10 Tahun Raup Rezeki dari Tradisi Ziarah di Palembang
Baca juga: Mengenal Tradisi Nanggok di Lahat, Bupati Cik Ujang Ingin Tradisi Itu Jadi Destinasi Wisata
Setelah nasi dan lauk telah terhidang, selanjutnya disajikan “pulur” yang terdiri dari buah-buahan, seperti nanas, pisang, semangka, acar, kemplang, Srikaya, kue atau makanan manis lainnya.
“Setelah semuanya tersusun, maka selanjutnya peletakan piring sebanyak delapan buah yang di letakkan di sudut. Orang yang paling dekat dengan piring yang akan mengambilkan piring dan mengoper kepada tamu yang lainnya,” katanya.
Sebelum makan petugas akan berkeliling membawa ceret air dan wadah sisa air bilasan untuk para tamu mencuci tangan sebelum makan.
Dan air minum diletakkan ditengah-tengah, jika dulu menggunakan cangkir atau gelas maka sekarang agar lebih praktis menggunakan air mineral gelas.