Kisah Hijrah Ustaz Tengku Zulkarnain Semasa Hidup dari Musik Jadi Dai: Manusia Mati dengan Hobinya

Ustaz Tengku Zulkarnain dikenal sebagai pendakwah asal Sumatera Utara dengan gaya ceramah yang tegas, ternyata ada perjalanan panjang dibaliknya.

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Kolase Sripoku.com/Instagram
Ustaz Tengku Zulkarnain 

Saat libur sekolah, ia jalan-jalan ke Singapura, Malaysia atau ke Bali dengan cara menjual satu lagunya.

Sehingga ia bisa jalan-jalan dan keliling Indonesia dengan mengandalkan kelihaiannya mengarang lagu.

"Tidak bisa tidur kalau belum main musik 4 jam sehari dan saya rekaman di studio bisa abis solat jumat sampai malam nggak keluar-keluar dari studio," ungkapnya.

Diketaui jika ada 6 album yang dibuat oleh dirinya dan tim.

Namun, kemudian ia pun mendapatkan hidayah.

"Itula hidayah memang takdir Allah," ungkapnya.

Lebi lanjut menceritakan perjalanan hijrahnya, suatu hari datang jama'ah tabligh dari Pakistan.

Jalan kaki setahun ke Medan di tahun 1988.

Asal datang diusir dan ditangkap polisi.

"Maka saya waktu itu sudah jadi dosen Universitas Sumatera Utara (USU), dosen Linguistik di dalam kelas saya memakai Bahasa Inggris," ungkapnya.

Kemudian, Ustaz Tengku Zulkarnain pun diminta untuk menterjemahkan jemaa tersebut ceramah.

"Waktu menterjemah itulah saya bisa mengeluarkan air mata, waktu itu mereka di UISU masjid Universitas Islam Sumatera Utara," lanjutnya.

Baca juga: Profil Ustaz Tengku Zulkarnain yang Meninggal Dunia di Riau Karena Sakit, Murid Syaikh Dahlan Musa

Saat itu Ustaz Tengku Zulkarnain menerjemahkan ceramah orang dari Pakistan itu selesai solat Jumat.

Menjelang maghrib orang Pakistan tersebut mengajak mahasiswa yang sedang main bola ping pong.

"Saya penterjemah dia bilang apa? Saudaraku kita diikat dengan kalimat Laa ilahaillallah Muhammadurasululla.

Kita bersaudara, kami dari Pakistan datang kemari untuk dakwah agama.

Sebentar lagi maghrib, mari kita berwudhu kita duduk mendengarkan adzan maghrib kemudian solat magrib.

Nanti akan ada pembicaraan tentang pentingnya iman dan amal sholeh," ungkap Ustaz Tengku Zulkarnain.

Lebih lanjut, diakui oleh pendakwah asal Sumatera Utara ini jika dirinya menerjemahkan sambil bercucuran air mata.

"Apa yang terjadi di hati saya waktu itu? Kenapa ngajak orang sholat aja mesti dari Pakistan jauh-jau, ini mahasiswa saya.

Mestinya kan saya perintahkan mereka menjalankan sholat kenapa musti jauh-jauh dari pakistan," ungkapnya.

"Waktu itu saya mulai berpikir, saya berpikir aja nggak.

Menyuruh mahasiswa dan murid-murid saya di USU atau UISU padahal mereka semua Islam, kenapa tidak saya ajak sholat mereka bertahun-tahun main bola nggak solat magrib, nggak solat dzuur, nggak solat asar," lanjutnya.

Diakui olehnya saat itu pemikiran pun tidak ada.

Dan akhirnya ia pulang dan menangis di rumah dan bilang 'saya mesti ikut dakwa ini'.

Maka Ustaz Tengku Zulkarnain pun menggunakan dirinya untuk dakwah dengan harta.

Dan di situlah Ustaz Tengku Zulkarnain mengambil keputusan untuk fokus ke agama.

"Bagaimana saya arus mengejar agama saya kalau saya tetep main musik?

Maka saat itu bismillah gitar kesayangan saya itu saya bawa ke sungai," ujarnya.

"Saya berdiri di jembatan itu airnya sedang banyak tapi itam airnya, saya bilang bismillah ya Allah mulai hari ini musik ini saya cerai talak tiga, saya buang," lanjutnya.

Sampai di rumah ia mulai mengaji dan berdakwah hingga akhirnya sang ayah pun heran karena tidak lagi bermain musik.

"Kenapa kau sekarang berhenti main musik nak?," ujarnya.

"Saya arus memilih papi, ini nampaknya saya arus fokus dulu ke agama," ungkapnya/.

Apa yang terjadi? Kemudian pada taun 1988, 1989, 1990 hingga 1994 setiap mendengar lagu tidak ada lagi rasa apa-apa di dalam dadanya.

"Jadi menghilangkannya saja saya 6 tahun itu, meskipun saya sudah berhenti main gitar sejak 1988 ternyata setan nggak ilang," ujarnya.

Namun, diakui olehnya yang membuat dirinya semakin yakin arus berhenti bermain musik yakni pada tahun 1992 ia ditabrak mobil.

Ia pun dibawa ke rumah sakit dan pingsan selama 4 jam.

Dokter yang menanganinya orang non muslim.

Di kantong Ustaz Tengku Zulkarnain ada Alquran kecil yang selalu dibawanya.

"Maka waktu itu saya pingsan, saya sadar waktu itu ditabrak mobil jam 12 malam.

Waktu sadar suster bilang 'pak dokter sudah sadar pasiennya', ini kepala dijahit.

Kata dokter 'pak Ustaz rumahnya yang bisa ditelepon nomor berapa?,' ungkapnya.

Ia pun meminta untuk menghubungi sang ibu bukan istrinya, karena ibunya perawat.

Seketika setelah dihubungi, ibu Ustaz Tengku Zulkarnain pun datang ke rumah sakit.

Sesampainya di sana dan bertemu dokter, dokter pun bertanya 'bu anak ibu afal Quran?,'

Sementara sang ibu menjawab tidak, cuma dia dari kecil memang hobi baca Alquran tapi tidak afiz 30 juz, paling beberapa juz saja.

Setelah mendengar hal itu, Ustaz Tengku Zulkarnain pun mencari Qurannya.

"Mana Quran saya, ternyata jubah saya digantung, saya lihat berdarah-darah Qurannya.

Kata dokter itu dari jam 8 sampai jam 12 ngji aja mulutnya 4 jam," terangnya.

"Nggak mungkin nggak hafal Quran, saya memang nggak hafal Quran, cuma waktu saya pingsan itu perasaan duduk bagus-bagus membaca Quran seperti biasa selembar-selembar dalam pingsan itu,seperti mimpi," jelasnya.

"Tapi suaranya keluar dan dokter dan perawat dengar," tambahnya.

"Ternyata betul kata hadits Nabi, manusia mati dengan hobinya," ungkapnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved