Kisah Hijrah Ustaz Tengku Zulkarnain Semasa Hidup dari Musik Jadi Dai: Manusia Mati dengan Hobinya
Ustaz Tengku Zulkarnain dikenal sebagai pendakwah asal Sumatera Utara dengan gaya ceramah yang tegas, ternyata ada perjalanan panjang dibaliknya.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM -- Inilah kisah hijrah seorang Ustaz Tengku Zulkarnain semasa hidupnya yang kini hanya tinggal kenangan.
Ustaz Tengku Zulkarnain meninggal dunia pada Senin (10/5/2021) usai adzan magrib berkumandang.
Semasa hidupnya, Usatz Tengku Zulkarnain tidak hanya gencar menyiarkan Islam.
Tetapi, pria yang meninggal dunia di usia 57 tahun ini juga aktif menyoroti kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia.
Siapa sangka Ustadz Tengku Zulkarnain dulunya adalah seorang penyanyi.
Ia sudah mahir main musik sejak beliau masih kecil, bahkan setiap pagi sebelum sholat shubuh beliau harus bermain gitar dahulu. Tapi sekarang beliau sudah benar-benar meninggalkan dunia musiknya.
Bagaimana cara beliau meninggalkan dunia permusikkannya?
Kisah hijrahnya Ustaz Tengku Zulkarnain dibagikan melalui kanal YouTube Cinta Quran TV pada taun 2020 lalu.

"Saya umur 4 tahun saya tidak mau bangga mau cerita saja pengalaman saya, saya ini orang yang hijrah juga," ungkap Ustaz Tengku Zulkarnain mengawali ceritanya.
"Umur 4 tahun saya diantar ibu saya ke surau untuk belajar ngai baca Quran.
Kawan-kawan yang lain besar-besar, mau pulang ambil sendal didorong saya campak masuk paret," imbuhnya.
Lalu, Ustaz Tengku Zulkarnain pun mengungkapkan kala itu sang gur langsung menolongnya dengan cara melompatke dalam parit.
Kemudian, dirinya diangkat dan digendong selanjutnya dibawa pulang ke rumah ole sang guru.
Hal ini diakui oleh Ustaz Tengku Zulkarnain jika ayahnya adalah seorang bos.
Sesampainya di rumah, sang guru pun memberitahukan kepada ayahnya bahwa Ustaz Tengku Zulkarnain kecil jatuh ke parit.
Namun, ayahnya tidak jadi marah kepada sang guru lantaran gurunya juga basah.
"Begitu guru itu pulang dia bilang apa? Berenti ngaji, sudah tahu banyak orang-orang tidak beres, berenti ngaji," ujar Ustaz Tengku Zulkarnain.
Kemudian, ibunya menggendong dan membawanya ke kamar mandi dan memandikan sekaligus menyabuni Zulkarnain kecil sambil bercucuran air mata.
"Saya lihat ibu saya nangis, saya masih nangis itu sedih sekali saya campak masuk paret," tambahnya.
"Terus disabuni badan saya, terus kata ibu saya jangan berhenti ngaji nak, kamu jangan berhenti ngaji, diciumnya saya," ungkapnya.
Kala itu diakui Ustaz Tengku Zulkarnain jika hatinya bicara 'saya tidak akan berhenti ngaji umi, sampai mati saya tidak akan berhenti ngaji'
Kemudian, Zulkarnain kecil pergi mengaji lagi, dan ia kembali terjatuh ke dalam parit.
"Kata guru ngaji kamu pulang nggak boleh pulang, nunggu semua orang lain pulang baru saya pulang," paparnya.
"Bayangkanlah orang bawa obor, kita nggak bawa obor, gelap, kata guru saya supaya kau jangan takut kau adzan," lanjutnya.
"Nggak ngerti adzan saya bilang sepanjang jalan Allahuakbar, Allahuakbar," imbuhnya.
Dua bulan kemudian keberuntungan pun menghampiri Zulkarnain kecil.
Ia berhasil menjadi juara MTQ tingkat Sumatera Utara hasil didikan anak Imam Besar Masjid Sultan Serdang.
"Jadi bapak saya kawan kecilnya lah, dia bilang hei Nasir kamu hharus ajari anak saya, supaya anak saya nggak masuk parit lagi," ungkap Ustaz Tengku Zulkarnain.
Akhirnya Ustaz Zulkarnain terus mengaji hingga umur 8 tahun sudah menjadi imam di desanya dan sudah menjuarai MTQ sampai tingkat kecamatan hingga provinsi.
"Membahagiakan sekali hidup waktu itu, akhirnya saya menjadi pembaca Alquran di acara maulid Nabi dan Isra' Mi'raj di kota Medan saya pembacanya," akunya.
Namun, diungkapkan oleh Ustaz Tengku Zulkarnain dalam ceritanya jika ayahnya suka bermain musik.
Kala itu, saat duduk di bangku kelas 2 SD, ia sudah dibelikan alast musik berupa orgen.
Saat itu, ia juga membantu sang ibu memasak nasi, sambil menunggu nasi matang ia bermain orgen.
Kemudian, berselang beberapa waktu saat ia duduk di bangku kelas 4 SD, ayahnya membelikan gitar.
Dan ia pun diajarkan dasar-dasar klasik dalam bermain gitar dalam sehari harus bermain selama 3 hingga 4 jam.
"Malam dia pulang kerja saya dikontrol main, kalo nggak ada kemajuan dijitak kepala saya, main musik aja g*blok katanya," ujar Ustaz Tengku Zulkarain.
Jadi Zulkarnain kecil harus bermain musik 3 hingga 4 jam, bahkan tidur disamping gitar.
"Bangun tidur harus main gitar dulu 1,5 jam baru sholat subuh, karena tangannya masih kaku, kalau sudah subuh bisa main gitar tidak kaku, itu berarti siang hari lincah sekali jarinya," lanjutnya.
"Apa kata ibu saya? Jangan dilawan bapakmu nak, biarkan aja dia disuruhnya main gitar ya main gitar," jelasnya.
"Suruhnya main musik ya main musik, tapi umi titip bacalah Quran satu hari satu juz," ungkapnya.
Dalam hal ini, diakui oleh Ustaz Tengku Zulkarnain untuk menyelesaikan Alquran 1 juz selama 90 menit.
"Kata ibu saya nggak apa-apa nak dibagi-bagi abis subuh, abis dzuhur, abis ashar hingga isya, pokoknya satu ari satu juz," terangnya.
"Kamu main gitar 4 jam searu tidak apa-apa nak, asal kamu ngaji satu hari satu juz," pesan ibunya.
Akhirnya Zulkarnain pun menjadi pemain gitar yang baik.
Bahkan ketika duduk di bangku kelas satu SMP sudah berhasil mengarang lagu.
Saat libur sekolah, ia jalan-jalan ke Singapura, Malaysia atau ke Bali dengan cara menjual satu lagunya.
Sehingga ia bisa jalan-jalan dan keliling Indonesia dengan mengandalkan kelihaiannya mengarang lagu.
"Tidak bisa tidur kalau belum main musik 4 jam sehari dan saya rekaman di studio bisa abis solat jumat sampai malam nggak keluar-keluar dari studio," ungkapnya.
Diketaui jika ada 6 album yang dibuat oleh dirinya dan tim.
Namun, kemudian ia pun mendapatkan hidayah.
"Itula hidayah memang takdir Allah," ungkapnya.
Lebi lanjut menceritakan perjalanan hijrahnya, suatu hari datang jama'ah tabligh dari Pakistan.
Jalan kaki setahun ke Medan di tahun 1988.
Asal datang diusir dan ditangkap polisi.
"Maka saya waktu itu sudah jadi dosen Universitas Sumatera Utara (USU), dosen Linguistik di dalam kelas saya memakai Bahasa Inggris," ungkapnya.
Kemudian, Ustaz Tengku Zulkarnain pun diminta untuk menterjemahkan jemaa tersebut ceramah.
"Waktu menterjemah itulah saya bisa mengeluarkan air mata, waktu itu mereka di UISU masjid Universitas Islam Sumatera Utara," lanjutnya.
Baca juga: Profil Ustaz Tengku Zulkarnain yang Meninggal Dunia di Riau Karena Sakit, Murid Syaikh Dahlan Musa
Saat itu Ustaz Tengku Zulkarnain menerjemahkan ceramah orang dari Pakistan itu selesai solat Jumat.
Menjelang maghrib orang Pakistan tersebut mengajak mahasiswa yang sedang main bola ping pong.
"Saya penterjemah dia bilang apa? Saudaraku kita diikat dengan kalimat Laa ilahaillallah Muhammadurasululla.
Kita bersaudara, kami dari Pakistan datang kemari untuk dakwah agama.
Sebentar lagi maghrib, mari kita berwudhu kita duduk mendengarkan adzan maghrib kemudian solat magrib.
Nanti akan ada pembicaraan tentang pentingnya iman dan amal sholeh," ungkap Ustaz Tengku Zulkarnain.
Lebih lanjut, diakui oleh pendakwah asal Sumatera Utara ini jika dirinya menerjemahkan sambil bercucuran air mata.
"Apa yang terjadi di hati saya waktu itu? Kenapa ngajak orang sholat aja mesti dari Pakistan jauh-jau, ini mahasiswa saya.
Mestinya kan saya perintahkan mereka menjalankan sholat kenapa musti jauh-jauh dari pakistan," ungkapnya.
"Waktu itu saya mulai berpikir, saya berpikir aja nggak.
Menyuruh mahasiswa dan murid-murid saya di USU atau UISU padahal mereka semua Islam, kenapa tidak saya ajak sholat mereka bertahun-tahun main bola nggak solat magrib, nggak solat dzuur, nggak solat asar," lanjutnya.
Diakui olehnya saat itu pemikiran pun tidak ada.
Dan akhirnya ia pulang dan menangis di rumah dan bilang 'saya mesti ikut dakwa ini'.
Maka Ustaz Tengku Zulkarnain pun menggunakan dirinya untuk dakwah dengan harta.
Dan di situlah Ustaz Tengku Zulkarnain mengambil keputusan untuk fokus ke agama.
"Bagaimana saya arus mengejar agama saya kalau saya tetep main musik?
Maka saat itu bismillah gitar kesayangan saya itu saya bawa ke sungai," ujarnya.
"Saya berdiri di jembatan itu airnya sedang banyak tapi itam airnya, saya bilang bismillah ya Allah mulai hari ini musik ini saya cerai talak tiga, saya buang," lanjutnya.
Sampai di rumah ia mulai mengaji dan berdakwah hingga akhirnya sang ayah pun heran karena tidak lagi bermain musik.
"Kenapa kau sekarang berhenti main musik nak?," ujarnya.
"Saya arus memilih papi, ini nampaknya saya arus fokus dulu ke agama," ungkapnya/.
Apa yang terjadi? Kemudian pada taun 1988, 1989, 1990 hingga 1994 setiap mendengar lagu tidak ada lagi rasa apa-apa di dalam dadanya.
"Jadi menghilangkannya saja saya 6 tahun itu, meskipun saya sudah berhenti main gitar sejak 1988 ternyata setan nggak ilang," ujarnya.
Namun, diakui olehnya yang membuat dirinya semakin yakin arus berhenti bermain musik yakni pada tahun 1992 ia ditabrak mobil.
Ia pun dibawa ke rumah sakit dan pingsan selama 4 jam.
Dokter yang menanganinya orang non muslim.
Di kantong Ustaz Tengku Zulkarnain ada Alquran kecil yang selalu dibawanya.
"Maka waktu itu saya pingsan, saya sadar waktu itu ditabrak mobil jam 12 malam.
Waktu sadar suster bilang 'pak dokter sudah sadar pasiennya', ini kepala dijahit.
Kata dokter 'pak Ustaz rumahnya yang bisa ditelepon nomor berapa?,' ungkapnya.
Ia pun meminta untuk menghubungi sang ibu bukan istrinya, karena ibunya perawat.
Seketika setelah dihubungi, ibu Ustaz Tengku Zulkarnain pun datang ke rumah sakit.
Sesampainya di sana dan bertemu dokter, dokter pun bertanya 'bu anak ibu afal Quran?,'
Sementara sang ibu menjawab tidak, cuma dia dari kecil memang hobi baca Alquran tapi tidak afiz 30 juz, paling beberapa juz saja.
Setelah mendengar hal itu, Ustaz Tengku Zulkarnain pun mencari Qurannya.
"Mana Quran saya, ternyata jubah saya digantung, saya lihat berdarah-darah Qurannya.
Kata dokter itu dari jam 8 sampai jam 12 ngji aja mulutnya 4 jam," terangnya.
"Nggak mungkin nggak hafal Quran, saya memang nggak hafal Quran, cuma waktu saya pingsan itu perasaan duduk bagus-bagus membaca Quran seperti biasa selembar-selembar dalam pingsan itu,seperti mimpi," jelasnya.
"Tapi suaranya keluar dan dokter dan perawat dengar," tambahnya.
"Ternyata betul kata hadits Nabi, manusia mati dengan hobinya," ungkapnya.