Kisah Gadis Bercadar Rela Jualan Cilok Demi Umrohkan Sang Nenek, Sempat Malu & Dipandang Negatif
Kisah penjual cilok, gadis bercadar Casinta (23), gadis bercadar asal Desa Sumuradem Timur, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu
SRIPOKU.COM -- Kisah penjual cilok, gadis bercadar Casinta (23), gadis bercadar asal Desa Sumuradem Timur, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu ini setiap hari berkeliling berjualan cilok.
Ia biasa berjualan sejak pukul 11.00 WIB dengan mendorong gerobak di sekitar desa tempat tinggalnya hingga ke Jalur Pantura dan jalan PLTU.
Gadis itu pun baru pulang sekitar pukul 17.00 WIB.
Aktivitas tersebut rutin ia lakukan sejak dua minggu terakhir.
Casinta mengatakan, awalnya memang ada rasa malu saat memutuskan berjualan cilok.
Tidak sedikit juga rekan-rekannya menanyakan dan berpandangan negatif.
"Awal-awal memang ada rasa malu, tapi ana lawan aja gitu, bismillah. Kan, niatnya baik, jualan yang penting halal," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Kamis (18/3/2021).
Seiring berjalannya waktu, Casinta mengaku sudah tidak malu lagi berjualan dan justru menikmati aktivitasnya tersebut.
Baca juga: Melihat Kecanggihan Kapal Selam Aluhoro-405 Karya Anak Bangsa, Berikut Asal Usul Lengkapnya
Baca juga: Dansat Brimob Polda Sumsel Kunjungi Sekretariat PWNU, Silaturahmi dan Diskusi Tentang Kebangsaan
Baca juga: Terbuka Untuk ASN, Buruh & Mahasiswa, Kemenhan Buka Pendaftaran Komcad TNI, Ada Uang Saku
Ia mengatakan, jualan cilok tidak harus laki-laki yang melakukan, perempuan pun bisa melakukan hal yang sama asal ada kemauan.
Ia juga menyampaikan, dengan berjualan cilok, waktu yang dimilikinya tidak banyak tersita.
Seperti untuk beribadah, dan lain sebagainya dengan tetap bisa mendapat penghasilan.
Berbeda saat ia masih bekerja sebelumnya, waktunya habis untuk pekerjaan.
"Alhamdulillah orang tua, sih, mendukung, katanya enggak papa yang penting itu halal," ujar dia.
Ingin Umrahkan Nenek
Demi membantu perekonomian keluarga, gadis bercadar di Kabupaten Indramayu ini semangat berjualan 'Cilok Heroy'.
Gadis tersebut adalah Casinta (23), warga Desa Sumuradem Timur, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu.
Dengan mengenakan cadar dan pakaian gamis syar'i, ia mendorong gerobak cilok setiap harinya.
"Sebagian untuk ditabung, ingin bisa mengumrahkan nenek. Kalau Mamah, sih, sudah umrah," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat ditemui di sela-sela aktivitas jualannya, Kamis (18/3/2021).
Casinta mengatakan, keinginan itulah yang membuatnya rela berjualan cilok sejak dua minggu lalu.
Sejak dua minggu lalu, setiap pukul 11.00 WIB ia berkeliling mulai dari rumahnya, lalu ke Jalur Pantura dan Jalur PLTU Indramayu, ia baru pulang sekitar pukul 17.00 WIB.
Keuntungan yang biasa dia dapat dari jualan cilok bervariasi, rata-rata antara Rp 60-100 ribu dalam sehari.
"Kadang kalau lagi ramai bisa dapat Rp 150 ribu, alhamdulillah," ujar dia.
Casinta mengaku sangat ingin juga bisa melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan, ia sangat suka mengajar.
Akan tetapi, keinginan itu coba ia sisihkan dulu sementara.
Casinta mengatakan, sebagai anak pertama ia merasa harus ikut bertanggungjawab membantu perekonomian keluarga.
Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga, sedangkan sang ayah hanya buruh serabutan yang bekerja di pertambakan udang.
