Tantangan Masalah Perbankan Tahun 2021
Di tengah potensi berlanjutnya penurunan pendapatan bunga, meningkatnya prosentase Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO).
Oleh: Fajar S Pramono
Peminat masalah sosial ekonomi, bekerja di BUMN Keuangan di Palembang
Di tengah potensi berlanjutnya penurunan pendapatan bunga, meningkatnya prosentase Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO).
Dan semakin tingginya Non Performing Loan (NPL), apa tantangan besar dunia perbankan tahun 2021?
Pertama, akselerasi digitalisasi dan pembentukan cashless society.
Kedua, percepatan literasi dan inklusi keuangan di seluruh pelosok negeri.
Ketiga, penjagaan yang ketat atas kualitas aset (pinjaman) demi menghindari pencadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang terlalu tinggi.
Keempat, kemampuan lembaga perbankan mensinergikan bisnis bank dengan “tambahan” tugas dari pemerintah terkait misi pemulihan ekonomi nasional.
Keempat hal di atas menjadi challenge percepatan yang semakin terasa di tahun 2021, tak lain karena kondisi pandemi yang hingga penghujung tahun 2020 ini belum menunjukkan tanda-tanda untuk berakhir.
UMKM sebagai salah satu pilar utama perekonomian Indonesia belum sepenuhnya bangkit.
Sektor-sektor pendukung pergerakan ekonomi seperti pariwisata, industri kreatif dan lalu lintas orang masih menggeliat sangat lamban.
Pendapatan individu masyarakat usia produktif pun semakin terbatasi, karena beberapa perusahaan besar padat karya semakin berat menopang ketahanan hidupnya ketika mencoba mempertahankan jumlah pekerja sekaligus hak-hak finansialnya.
Digitalisasi dan Cashless Society
Era new normal menciptakan gaya hidup baru.
Di dunia keuangan, ranah transaksi semakin dirasa perlu menghindarkan diri dari keberadaan perjumpaan fisik dan kepemilikan cash money sebagai alat pembayaran.