Liputan Eksklusif

Omzet Pedagang Cinde Merana, Bingung Mau Pindah kemana

Diluar lokasi proyek, sejumlah pedagang Pasar Cinde bertahan disekitar lokasi proyek, mendirikan lapak rapat dengan pagar pembatas proyek.

Editor: Soegeng Haryadi
DOK. SRIPO
Sriwijaya Post edisi Minggu (13 Desember 2020); Omzet Pedagang Cinde Merana 

PALEMBANG, SRIPO -- Terhitung sejak ground breaking tanggal 19 Februari 2018 silam, pembangunan proyek pusat perbelanjaan modern Aldiron Plaza Cinde (APC) di Jalan Jendral Sudirman Palembang hingga kini tak kunjung rampung. Progres proyek ini pun tak menunjukan hal signifikan.

Para pekerja di proyek ini pun tak terlihat lagi bekerja. Dari pemantauan di lapangan, Sabtu (12/12), hanya sebuah tower crane masih berdiri menjulang di lokasi proyek. Sementara sejumlah tiang-tiang pancang sudah dibenamkan di tempat tersebut.

Diluar lokasi proyek, sejumlah pedagang Pasar Cinde bertahan disekitar lokasi proyek, mendirikan lapak rapat dengan pagar pembatas proyek. Dengan lapak seluas 2 x 3 meter mereka menjajakan dagangan, menunggu pembeli datang ke lapak mereka. Diantara aktivitas pedagang, sesekali terdengar membicarakan kondisi Pasar Cinde saat ini.

Menurut mereka, lambatnya pekerjaan fisik pusat perbelanjaan yang berada di tengah kota itu, disebabkan pembangunan APC yang telah distop sejak Maret lalu atau sejak masuknya pandemi Covid-19 ke Indonesia, dan hingga saat ini.

Belum rampungnya pembangunan fisik, memaksa mereka untuk berjualan disekitar lokasi proyek tersebut. Luasan lahan yang tak terlalu besar, serta berbatasan langsung dengan jalan raya membuat aktivitas jual beli di sana sedikit sepi dibandingkan sebelumnya menurut pedagang Pasar Cinde.

Para pedagang mengaku kian sulit karena omzet drop dibanding sewaktu Pasar Cinde masih berdiri tegak. Namun bukan tanpa alasan mereka bertahan ditempat yang merupakan bangunan lama di Kota Palembang. Mereka mengaku enggan pindah lantaran bingung mau pergi berjualan kemana lagi.

Dibagian lain, tidak sedikit para pedagang yang gulung tikar alias bangkrut. Umumnya mereka yang bangkrut adalah para pedagang ikan.

Menurut Agus, salah seorang pedagang pakaian di Pasar Cinde, mengaku omzet dagangannya turun hingga 70 persen lebih. Jika biasanya ia bisa raup omzet mencapai Rp 2 juta, kini dari hasil jualannya hanya bisa meraup ratusan ribu saja per hari.

"Jangan ditanya lagi kalau soal omzet, turun dratis nian. Kalau mau pindah kita mau kemana, kan di pasar lain sudah banyak orang jualan serupa. Apalagi jualan di sini sudah turun-temurun," katanya.

Agus pun mempertanyakan alasan kontraktor yang sangat lamban membangun pasar modern ini. Angan-angan untuk dapat menempati kios bagus dan modern pun kini hanya ada dibayangan saja. Pasar yang rencana bakal disulap menjadi lebih kekinian nyatanya hanya dibiarkan terbengkalai dengan kondisi memprihatinkan.

"Pekerjaan ini setopnya sudah hampir setahun. Bagaimana mau kelar kalau tidak dikerjakan seperti ini. Bagaimana dengan kami nasib pedagang lama," katanya.

Sedangkan Candra pedagang ikan yang sudah berjualan sejak tujuh tahun silam di Pasar Cinde, mengaku resah menunggu kepastian dan janji manis pengembang terkait selesainya pengerjaan fisik Cinde. Kekhawatiran demi kekhwatiran pun terus menggelayut dipikirannya.

Sejak direvitalisasinya Pasar Cinde hingga saat ini, diakuinya sudah hampir sepuluh pedagang ikan yang gulung tikar. Sepinya pembeli membuat omzetnya turun sangat drastis Rp 200 perhari.

"Pembeli itu sepi sekali, semua pedagang mengeluh khusus pedagang ikan banyak yang tutup lapaknya. Bangunan sudah dihancurkan tapi hingga kini hanya dibiarkan begitu saja," ungkapnya.

Kepala Cabang PT Magna Beatum Aldiron Plaza Cinde, Raimar Yousnaidi mengaku, pembangunan fisik APC distop sementara sejak berlangsungnya Pandemi Covid-19. Hantaman wabah virus corona sangat berdampak pada kondisi keuangan perusahaan Aldiron.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved