Banyak Senior di TNI Dukung Pencopotan Baliho Rizieq Shihab, Pangdam Jaya Mayjen Dudung: Biasa Saja
Dudung menilai mereka yang tidak mendukung tersebut tidak memahami peristiwa sebenarnya.
Sejak pukul 04.00 WIB, anak keenam dari delapan bersaudara itu telah bangun untuk mengambil sekira 270 koran dan majalah di Cikapundung Jawa Barat untuk diantar hingga pukul 08.00 WIB.
Selesai mengantar koran, ia pun mengantar kue dari warung ke warung, kantin, taman, SMP, bahkan Kodam.
Tak hanya itu, ia bahkan mencari kayu bakar untuk ibunya memasak di rumah dulu sebelum berangkat sekolah siang hari.
"Rumah saya itu di barak-barak.
Jadi asrama itu seperti barak, itu disekat-sekat, pakai bilik-bilik.
Atapnya itu tidak ada plafonnya.
Jadi langsung bolong.
Jadi kalau ngobrol dengan tetangga sebelah kedengeran itu.
Kalau ribut ya kedengeran dengan tetangga sebelah.
Antara keluarga dengan keluarga itu hanya pakai bilik, di situ," ungkap Dudung tenang.

Cita-citanya untuk masuk Institut Teknologi Bandung pun terpaksa harus gugur karena ketiadaan biaya.
Di sanalah ia memutuskan untuk masuk ke Akademi Militer karena gratis.
"Senang saya, makan gratis, dapat uang saku.
Makanya selama pendidikan di akademi militer orang lain kurus-kurus, tertekan, saya gemuk sendiri.
Saya makan saja, hajar itu kan.
Orang nggak punya, lihat nasi, wah itu kan.
Seperti itu. Malah gemuk," kata Dudung sambil tertawa.