Banyak Senior di TNI Dukung Pencopotan Baliho Rizieq Shihab, Pangdam Jaya Mayjen Dudung: Biasa Saja
Dudung menilai mereka yang tidak mendukung tersebut tidak memahami peristiwa sebenarnya.
Alih-alih gentar, Mayjen TNI Dudung Abdurachman malah tak mundur selangkah pun atas aksinya mencopoti baliho Habib Rizieq.
Bahkan jika atas aksinya itu jabatannya sebagai Pangdam Jaya dicopot, Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengaku tetap tak tak peduli.
Dirinya mengaku menjadi seorang Pangdam Jaya sudah sangat membuatnya bersyukur.
Namun jika memang jabatannya dipertaruhkan, Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengaku tak masalah.
Rupanya perjalanan hidup yang tak mudah-lah yang membuat Mayjen TNI Dudung Abdurachman tak takut jika harus memulai semua dari nol.
Baca juga: Pencari Untung Wajib Tahu, Ini Contoh Surat Jual Beli Rumah, Lengkap Syarat yang Harus Dipenuhi!
Baca juga: Tak Ada Mobil Ambulans, Jenazah Bocah 4 Tahun Dipangku di Motor: Bikin Geram Netizen
Baca juga: Selama 4 Tahun, Istri Tutupi Belangnya Kencani Pria Lain: Aibnya Terbongkar Dipaksa Layani Siang
Baca juga: BERANI Tantang TNI Copot Semua Baliho Habib Rizieq, Pria Ini Viral: Lu Copot, Gua Pasang Lagi Besok

Bahkan dengan tak malu Mayjen TNI Dudung Abdurachman bercerita dulunya ia hanyalah seorang loper koran.
"Dulunya (saya) tukang koran.
Jadi kalau saya jadi Pangdam (sudah) bersyukur banget dan Bapak saya cuma PNS.
Jadi misalnya dicopot gara-gara ini, copot lah, saya nggak pernah takut, benar saya nggak takut," jelasnya di Makodam Jaya, Senin (23/11/2020).
Menurutnya, langkah tegasnya ini sudah sesuai dengan aturan yang ada.
Pihaknya hanya membantu pemerintah daerah untuk melakukan pencopotan terhadap spanduk, poster hingga baliho yang ilegal.
Sehingga bukan hanya baliho HRS saja melainkan baliho lainnya yang memang jelas ilegal.
TAHAN BANTING, Masa Kecil Mayjen TNI Dudung Abdurachman Rela Jadi Loper Koran Hingga Jual Klepon
Dalam wawancara eksklusif dengan Tribunnews.com pada Senin (23/11/2020), Dudung menceritakan perjalanan hidupnya.
Setelah ayahnya yang bekerja sebagai PNS golongan 2D wafat, kata Dudung, ia harus membantu ekonomi keluarga dengan menjadi loper koran dan mengantar klepon dan pastel sebelum berangkat ke sekolah saat SMA.