Pemilu AS

Pagi Ini Warga Amerika Pilih Presiden, Analis Politik Cium Aroma Ancaman Bahaya

ANALIS politik mencium aroma ancaman bahaya pasca-pemungutan suara Pemilu Presiden AS, apabila Donald Trump klaim menang lebih awal.

Editor: Sutrisman Dinah
kompas.com
Calon presiden petahana Donald Trump 

SRIPOKU-COM ---  Analis politik khawatir pasca-pemungutan suara Pemilu Presiden Amerika Serikat yang digelar Selasa (3/11 pagi, atau Selasa malam WBI), ini berubah ke dalam situasi berbahaya. Situasi ini bisa terjadi apabila calon presiden petahana, Donald Trump, mendeklarasikan diri sebagai pemenang, sebelum semua suara pemilih dihitung.

Melansir The Guardian, Kompas.com mengutip adanya skenario bencana terburuk bagi pemilu AS dapat terjadi, dengan kasus kehilangan suara, pemberontakan bersenjata, dan potensi krisis lainnya di ribuan yurisdiksi lokal pada 3 November.

Situasi dapat terjadi lebih buruk lagi apabila Trump memimpin jumlah suara pemilihan dan mendeklarasikan kemenangan sebelum semua suara dihitung, seusai pemungutan suara.

Para analis menganggap, situasi bahaya bakal terjadi dan tanda-tanda dari ocehan Trump itu kataya sudah dimulai. Namun, menurut mereka disinformasi itu dapat dihindari dengan meningkatkan kesadaran publik tentang kebenaran penghitungan suara pemilu.

Baca juga: Joe Biden DIsebut Ungguli Donald Trump, Semakin Panas Jelang Pemilu AS

Baca juga: Donald Trump Beri Sinyal Tolak Hasil Pemilu Jika Kalah dari Joe Biden

Skenario terburuk itu disebut sebagai "fatamorgana merah".

"Fatamorgana merah dikenal seperti penjahat super dan itu sama bahayanya," kata mantan Menteri Perumahan dan Pengembangan Kota AS era pemerintahan Barack Obama, Julian Castro, dalam sebuah video yang direkam sebagai pengumuman layanan publik kepada pemilih pekan ini.

“Pada malam pemilihan, ada kemungkinan nyata bahwa data akan menunjukkan Partai Republik memimpin lebih awal, sebelum suara dihitung. Kemudian mereka dapat berpura-pura sedang terjadi sesuatu yang jahat saat jumlah (suara) berubah mendukung Demokrat," kata Castro.

Dalam skenario itu, deklarasi kemenangan Trump digaungkan di jaringan TV konservatif, Fox News, dan oleh Partai Republik yang kuat di seluruh AS.

Selanjutnya, beberapa hari kemudian, pada saat hasil akhir menunjukkan bahwa sebenarnya Joe Biden yang memenangkan kursi kepresidenan, hasil pemilu itu terseret ke dalam pusaran disinformasi dan kekacauan.

Bagi beberapa pejabat, skenario itu terlalu realistis untuk diungkapkan dengan kata-kata. Kemungkinan penundaan beberapa hari dalam penghitungan suara diantisipasi di Philadelphia, yang sebagian besar merupakan suara Demokrat yang penting bagi Biden untuk menang di Pennsylvania.

Saat ini negara bagian yang menurut para quants paling mungkin memberi tip pada pemilihan dengan satu atau lain cara.

Setelah menghitung hanya 6.000 surat suara yang tidak hadir dalam pemilu 2016, kota Philadelphia, di mana jumlah Demokrat melebihi jumlah Partai Republik 7:1, berharap untuk menerima dan menghitung sebanyak 400.000 surat suara tahun ini, di tengah pandemi Covid-19 berkecamuk.

Sampai sejauh ini, seperti dilaporkan jaringan berita Euronews, menyebutkan bahwa 100 juta pemilih telah memberikan suaranya. Surat suara telah disampaikan melalui pos.

Setelah penutupan pemungutan, surat suara akan dihitung di dalam pusat konvensi besar kota di Arch Street, mulai pukul 7 pagi waktu setempat (Rabu malam WIB), dan dilakukan petugas pemungutan suara.

Penundaan penghitungan diperlukan untuk menyelesaikan penghitungan bisa menjadi waktu yang cukup bagi Trump untuk menabur keraguan tentang hasilnya. "Hal-hal buruk terjadi di Philadelphia," kata Trump, pada debat presiden pertama pada September lalu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved