Cerita Keluarga Korban Tambang Ilegal yang Longsor: Rela Diupah Rp 1.200 Per Karung Demi
Hasil mengambil upahan sebagai kuli memasukan batu bara kedalam karung, ia dan suaminya hanya diupah dengan gaji sebesar Rp 1.200 per karung.
KELUARGA masih tampak berduka atas meninggalnya Rukasi (70), warga Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, yang tewas tertimbun longsor di tambang batu bara ilegal, Rabu (21/10). Rumah berukuran 3x4 meter yang dinding dan lantainya tampak reot, dipenuhi keluarga dari Rukasi.
Kasiyana (55), istri dari Rukasi dan dua anaknya tampak pasrah menerima musibah yang dialami ayahnya. Kasiyana menyatakan tak menyangka suaminya meninggal saat bekerja di tambang batu bara.
"Sebenarnya saya dan bapak sama-sama kerja di tambang itu. Kami tidak menggali batubara, karena kami tidak sanggup lagi maklum ibu sama bapak sudah tua. Kami hanya mengambil upahan memasukan batu bara ke dalam karung," katanya.
Baca juga: Masih Ada Puluhan Tambang Ilegal Tersebar di Muaraenim, Gubernur Perintahkan Setop Aktivitas
Dijelaskannya bahwa dari hasil mengambil upahan sebagai kuli memasukan batu bara kedalam karung, ia dan suaminya hanya diupah dengan gaji sebesar Rp 1.200 per karung.
"Kami gajinya mingguan, dan dilokasi tambang ini kami baru 1 bulan kerja, seminggu paling besar dapatnya Rp 500 ribu, dan paling kuat sehari kami cuma berhasil mengisi 50 karung batubara," katanya.
Ia mengatakan, sebenarnya ia dan suaminya terpaksa bekerja ditambang ilegal untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. "Sebelum kerja di tambang, kami nyadap karet, tapi sekarang harga karet anjlok kami terpaksa banting stir bekerja di tambang," katanya.
Baca juga: Video Tim Inafis Melakukan Olah TKP Tambang Liar Maut
Sebelum kejadian, ia sudah datang ke lokasi untuk bekerja mengisi batubara. Namun ternyata belum ada pekerjaan untuk mengisi batu bara ke karung.
"Sampai ke lokasi ternyata tidak ada kerjaan, akhirnya bapak (korban, red) menyuruh saya pulang, dan bapak masih disana karena mau membuat jalan," katanya.
Namun beberapa saat kemudian ia mendapat kabar terjadi kecelakaan di lokasi. Ia pun segera mendatangi lokasi tambang.
"Namun belum sampai ke lokasi saya sudah pingsan, karena saya sudah punya perasaan tidak enak. Ternyata benar bapak pergi untuk selama-lamanya," katanya.
Dikatakannya bahwa ia dan korban lainnya masih memiliki hubungan keluarga.
"Sebenarnya korban yang lainnya itu masih keluarga, mereka keponakan kami. Bapak adalah orang yang dituakan di sana, karena paling tua," katanya.
Ditambahkannya saat ini ia mengikhlaskan kepergian suaminya untuk selama-lamanya. "Mungkin ini sudah takdir tuhan untuk bapak dan keluarga kami," katanya. (ika)