Penanganan Virus Corona
Terlalu Lama Belajar Daring Bisa Berdampak Buruk Secara Psikis, Penjelasan dari Psikolog Palembang
Jika kegiatan daring ini terus dilakukan hingga dalam waktu yang cukup lama sehari-hari, akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Penulis: maya citra rosa | Editor: Refly Permana
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Aktivitas sekolah belum sepenuhnya normal meski saat ini pemerintah sudah menggaungkan new normal di tengah pandemi Covid-19 atau Virus Corona yang masih mewabah.
Di Sumsel sendiri, mayoritas daerah masih menerapkan sistem belajar daring, terutama untuk daerah yang berstatuskan zona merah.
Ternyata, dari sisi psikis, sistem belajar daring bisa berdampak negatif untuk para pelajar hingga ke orangtua mereka.
Baca juga: Timses Paslon Pilkada Muratara Menyusup Jadi Penyelenggara, 6 Pengawas Diberhentikan Bawaslu
Jika kegiatan daring ini terus dilakukan hingga dalam waktu yang cukup lama sehari-hari, akan menimbulkan dampak buruk dari sisi psikis seseorang.
Dari sisi kesehatan jiwa, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Sumsel, Dr. Muhammad Uyun menjelaskan bahwa adanya kejenuhan dan bosan jika kegiatan daring dilakukan terus menerus.
"Kalau ditanya dampak jelas ada misalnya kejenuhan, keluhan, dan rasa bosan," ujarnya saat diwawancarai via WhatsApp, Rabu (14/10/2020).
Tidak hanya anak-anak yang merasa bosan dengan belajar daring, orang dewasa juga butuh interaksi yang biasa dilakukan saat normal.
Baca juga: Ramalan Zodiak Kesehatan Besok, 15 Oktober 2020: Gemini Berlebihan Diet, Ini Nasib 12 Zodiak Lainnya
"Kegiatan bermain, makan, belajar, bekerja dan lainnya ini harusnya dapat dilakukan bersama-sama," ujarnya.
Dampak ke anak-anak yang belajar daring banyak yang mengeluh dan sudah sangat ingin sekolah seperti biasa.
Efek lain misal pada anak-anak tentunya terkait dengan indra pendengaran penggunaan headphone atau alat bantu speaker berpengaruh.
Tidak hanya itu, ada dua indera secara fisik berhubungan dengan kesehatan jiwa yaitu mata dan telinga, ketergantungan terhadap gadget dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan dua indera tersebut.
Baca juga: Kisah Jurnalis di Palembang yang Jadi Dekan di Universitas Sumatera Selatan, Jiwa Itu Masih Ada
"Anak-anak menjadi ketergantungan pada gadget, takutnya jika terlalu lama akan mempengaruhi pendengaran dan penglihatan anak," ujarnya.
Oleh karena itu, komunikasi antara orang tua dan anak dalam masalah daring ini harus terus dilakukan.
Orang tua harus mendengarkan keluh kesah anak-anak, dimana belajar daring akan membuat orang menjadi bosan dan jenuh.
"Makanan sehat untuk tubuhnya juga Bagus, ajak bicara anak, dan bermain," ujarnya.
Baca juga: Hampir 10 Bulan Berdiri Sendiri Rawat Bintang Tanpa Harta Lina, Pekerjaan Teddy Bocor, Tukang Pijat?
Dia juga mengingatkan bahwa aktivitas gadget tentu akan mengakibatkan efek kurang baik dalam jangka panjang.