Berburu Babi

Berburu Babi, Tradisi Unik dan Kaya dengan Makna, Alternatif Solidaritas Masyarakat di Minangkabau

Salah satu budaya yang turun-temurun tersebut adalah solidaritas antar sesama pemburu. Di kalangan masyarakat Minangkabau, pemburu disebut badunsanak

Editor: aminuddin
Farmers Weekly
Ilustrasi babi 

Berburu babi telah mendarah daging dan menjadi suatu kebanggaan bagi diri mereka.

Sebagaimana yang disebutkan dalam pepatah adat, “Baburu babi suntiang niniak mamak, pamenan dek nan mudo dalam nagari”. 

Kata suntiang dalam pepatah ini menggambarkan sebuah mahkota. Mahkota ini bermakna sebagai sebuah kebanggaan.

 Tradisi buru babi telah menjadi bagian dari kehidupan budaya masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat.

Aktivitas budaya ini merupakan satu bentuk folklor yang masih terpelihara dengan baik.

Oleh karena itu, sampai saat ini tradisi buru babi terus diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Salah satu budaya yang turun-temurun itu adalah solidaritas antar sesama pemburu.

Di kalangan masyarakat Minangkabau, pemburu disebut badunsanak (bersaudara).

Berburu babi bukan hanya bertujuan membunuh hama tanaman, bukan juga dilandasi oleh motif ekonomi untuk menjual daging babi.

Melainkan sebagai media untuk membangun kesadaran kolektif, egaliter, dan solidaritas tingkat tinggi antar sesama masyarakat Minangkabau.

Prosesi Tradisi  

Bagi masyarakat Minangkabau buru babi dikenal sebagai istilah alek baburu babi (tradisi berburu babi).

Tradisi ini dilaksanakan tiga kali dalam setahun.

Biasanya sebelum alek buru babi  digelar akan diadakan musyawarah yang melibatkan niniak mamak dan beberapa pemuka adat lainnya yang dilengkapi dengan sajian sirih dan pinang.

Setelah menggelar musyawarah tersebut, barulah tradisi buru babi bisa dilakukan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved