Wujudkan Energi Berkeadilan Bagi Masyarakat di Lumbung Migas
"Selama ini kami cuma bisa mendengar saja mudahnya menggunakan bahan bakar gas alam, padahal daerah kami sendiri adalah penghasil gas alam."
Penulis: adi kurniawan | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Kepulan asap dari kayu bakar yang menjadi bahan bakar utama untuk memasak kebutuhan sehari-hari tak lagi terlihat di ruang dapur ukuran 3x4 milik Rusmiati, warga Sekayu, Musi Banyuasin (Muba) Sumatera Selatan ini tak lagi harus merasakan sesaknya menghirup asap yang keluar dari tumpukan batu bata yang dijadikan tungku untuk memasak.
Pasalnya di dapurnya sudah mengalir gas alam dari pipa yang dibangun pemerintah secara gratis sejak 2017 lalu.
"Selama ini kami cuma bisa mendengar saja mudahnya menggunakan bahan bakar gas alam, padahal daerah kami sendiri adalah penghasil gas alam."
"Sekarang kami bersyukur sekali bisa merasakan menggunakan bahan bakar ini, saya tidak perlu lagi mencari kayu bakar di kebun, selain itu yang paling penting saya bisa bebas dari bau asap kayu bakar," ujarnya.
Rusmiati merupakan salah satu dari 6000 warga beruntung yang menerima bantuan jaringan gas (Jargas) gratis dari pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2017 lalu.
Keberuntungan yang sama juga akan kembali dirasakan oleh masyarakat pelosok Musi Banyuasin yang merupakan ring satu daerah penghasil gas terbesar di Sumatera Selatan.
Pada 2020 ini Kementerian ESDM memprioritaskan pemasangan 8.162 jaringan gas di sumber Migas terbesar ini.
Musi Banyuasin menghasilkan gas bumi sebanyak 865 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sumatera Bagian produksi Migas di Musi Banyuasin melebihi separuh dari total produksi gas Sumsel 1.500 MMscfd.
Dari kabupaten yang dijuluki Bumi Serasan Sekate itu, gas bumi sudah mengalir dan mendukung pembangunan daerah lain, mulai dari Palembang tepatnya di PT Pusri, Jawa hingga Singapura.
Namun, energi yang dihasilkan daerah itu selama ini belum dinikmati warga secara langsung.
Terbukti dari masih adanya daerah di Muba yang belum teraliri semua atau kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk sekedar memasak sehari-hari.
Perwujudan energi berkeadilan bagi daerah penghasil migas ini pun mulai dilakukan sejak 2017 lalu.
Perubahan besar pembangunan infrastruktur jaringan gas (Jargas) pun dilakukan sejak 3 tahun lalu, dengan pemasangan 6000 Jargas rumah tangga.
Pembangunan infrastruktur Migas ini pun berlanjut tahun 2020 ini, meningkat dibanding sebelumnya, ada 8.162 sambungan Jargas yang akan dipasang.
