Sekolah Daring? Ini Kata Wakasek SMPN 3 Tunggul Bute: Mimpi Kalau Kami Mau PJJ
Jangankan untuk mengikuti daring, berkomunikasi dengan telepone saja tidak bisa.
LAHAT, SRIPO -- Ibarat pungguk merindukan bulan, menjadi kata pembuka yang dilontarkan Sahnan, SP.d, Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 3 di Desa Tunggul Bute, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat ketika ditanya soal penerapan sekolah online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) menggunakan media layanan internet dan smartphone.
Selain masih banyak siswa dan orangtua didik yang tak memiliki smartphone, di Desa Tunggul Bute juga tidak memiliki layanan jaringan internet. Dengan kata lain, jangankan untuk mengikuti daring, berkomunikasi dengan telepone saja tidak bisa.
• Pelajar di Pelosok Bersusah Payah Ikut Belajar Daring, Panjat Duku Cari Sinyal
"Jadi untuk di Desa tunggul Bute ini ada empat sekolah yang mengalami kesulitan untuk menerapkan PJJ ini. SMP 3, SD 9, SD 11 dan SD 13 karena memang wilayah kita cukup luas dan perbukitan makanya SD-nya cukup banyak. Nah, semenjak pandemi Covid-19 dan diterapkan PJJ empat sekolah ini tidak bisa menerapkanya lantaran tidak ada akses layanan internet," ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Andi Irawan, M.Pd melalui Wakil Kepala Sekolah, Sahnan, SPdi, Rabu (29/7).
Lengkaplah sudah derita siswa, dikatakan Sahnan. Di Tunggul Bute selain tidak adanya akses jaringan internet juga warga belum menikmati penerangan dari PLN. Yang ada saat ini penerangan dari listrik turbin air.
• Kisah Anak Seorang Nelayan yang Tak Punya Handphone, Datang ke Sekolah, Belajar Sendirian di Kelas
Namun, hal itu tidak maksimal, apalagi lampu yang memancarkan cahaya lewat turbin tersebut sangat terbatas, hanya hidup pada saat malam hari dengan kapasitas watt yang sangat terbatas.
Jika siang hari, kata Sahnan, tidak ada aliran listrik sama sekali di desa yang berada di perbukitan tersebut.
Kondisi tersebut sangat menyulitkan para guru baik dalam hal mendukung kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan sekolah lainya.
• Video Eksklusif : Siswa Desa Tunggul Bute Lahat Kesulitan Ikut Belajar Daring. Internet Itu Apa Kak?
Padahal, disayangkan Sahnan, saat ini dunia pendidikan sangat butuh baik layanan internet maupun listrik untuk menunjang kegiatan belajar siswa.
"Guru guru kita kadang bingung mau praktek dengan media laptop misalnya gak bisa karena tidak ada listrik. Apalagi, jika ingin berinovasi dengan memanfaatkan jaringan internet. Makanya, mimpi jika kami disini bisa PJJ sementara sinyal dan listrik tidak ada. Jadi wajar kalau siswa kami tidak melek teknologi bahkan dengan internet pun tidak tahu," ujarnya.
Selama ini, pelajaran yang diberikan kepada siswa hanya berpatokan kepada buku buku mata pelajaran saja dan kreasi guru guru yang ada. Diakuinya, meski pantang menyerah namun sistem pembelajaran yang didapat siswanya sangat jauh berbeda dengan pelajar di desa lain apalagi di kota. Padahal, MP yang berdiri sejak tahun 2005 tersebut, saat ini menjadi salah satu sekolah rujukan bagi tiga SD yang ada di desa setempat.
Agar siswa tetap bisa belajar di tengah pandemi ini, pihak sekolah tetap menerapkan belajar tatap muka. Namun, dalam satu kelas dibagi dua semisal jumlah siswa dalam satu kelas 26 dibagi hingga dalam satu lokal hanya 13 siswa kendati saat ini pihaknya harus memanfaatkan laboratorium untuk tempat belajar.
Tak hanya itu, dengan standar protokol kesehatan siswa hanya datang ke sekolah untuk mendapatkan tugas dari guru selanjutnya dianjurkan mengerjakan tugas di rumah masing masing sehingga kebaradaan siswa di sekolah hanya sebentar.
• Siswa yang Tinggal di Desa Pelosok Sumsel Terpaksa Menginap di Perbukitan, Susahnya Belajar Daring
Ditambahkan Sahnan, awalnya pihak sekolah menerapkan sistem jemput bola dimana guru datang ke rumah siswa. Namun, jumlah siswa 91 orang ditambah jarak kediaman siswa hingga ada yang 15 kilo langkah tersebut tidak efektif.
"Ya harapan kita kepada pemerintah di desa ini bisa ada layanan internet dan listrik. Terlebih, jumlah penduduk disini mencapai ribuan orang," harapnya.
Sementara, Syahna siswa VII SMP Negeri 3 di Desa Tunggul Bute, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat, mengaku tidak tahu apa itu internet, alih-alih jika hendak mengikuti PJJ menggunakan layanan internet. Tak hanya itu, ia juga tidak memiliki handphone sejenis android.