Liputan Eksklusif

Dafa Butuh Lidi Tekan Tombol On/Off Agar Bisa Ikut Belajar Online

Untuk menyalakan gawai yang sudah tidak memiliki tombol on/off itu Dafa harus menggunakan alat bantu sebatang lidi

Editor: Soegeng Haryadi
DOK. SRIPO
Panjat Duku Cari Sinyal 

SEBAGAI anak penyadap karet dengan penghasilan hanya cukup untuk makan sehari-hari, tentunya Dafa tidak berani bermimpi muluk untuk memiliki gadget canggih.

“Yang penting biso Whatsapp dapat baco pesan guru jadilah,” kata Dafa.

Senyum polos bocah kecil ini sangat menyentuh Sripo yang mewawancarainya. Hati semakin terenyuh saat menyaksikan bocah yang masih lugu ini kesulitan menyalakan gawainya yang sudah mati, karena kehabisan baterai. Rupanya tombol on/off sudah hilang.

Siswa di Desa Tunggul Bute Lahat Kesulitan Ikut Belajar Daring. Internet Itu Apa Kak?

Untuk menyalakan gawai yang sudah tidak memiliki tombol on/off itu Dafa harus menggunakan alat bantu sebatang lidi untuk mendorong tombol on/off. Beberapa detik kemudian, barulah gawai tak bertombol itu menyala kembali, dia pun tertawa girang karena bisa mengikuti pelajaran jarak jauh melalui daring.

Menurut penuturan Endang (ibunda Dafa), selain sudah tidak memiliki tombol /off, gawai merek Samsung yang sudah retak seribu itu tidak boleh sampai habis batre. Apabila sudah habis batre, maka akan kesulitan menyala.

“Pokoknya harus diperhatikan nian, jangan sampai habis batre, kalu abis batre gek payah nyala terpakso nak didorong pakai lidi," terangnya.

Menurut ibu dua anak ini, gawai tak bertombol itu merupakan gawai bekas milik salah seorang paman Dafa yang dibelinya dengan harga Rp 200 ribu.

Pelajar di Pelosok Bersusah Payah Ikut Belajar Daring, Panjat Duku Cari Sinyal

Meskipun kondisi gawai sudah macet-macetan, namun masih bisa menerima dan membalas WA dari guru-guru sekolah.

Selama masa siswa belajar dari rumah ini, orangtua harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli gawai demi mendukung kelancaran Pembelajaran Jarak Jauh.

Kendala yang juga paling banyak dirasakan oleh Endang dan para orangtua murid lainnya adalah soal kuota internat atau konektivitas.

Endang mengaku harus mengeluarkan uang Rp 12.000 per minggu untuk pulsa data internet demi mendukung belajar daring anaknya itu. Ditambah lagi kebutuhan gawai untuk anak sulungnya yang sudah duduk dibangku SMK dengan kebutuhan pulsa data internet.

Kisah Pelajar di Pagaralam Sumsel, Naik Turun Bukit Cari Sinyal Demi Bisa Belajar

Dia mengaku pernah puteranya tidak bisa mengikuti pelajaran daring, karena tidak punya duit untuk beli pulsa data internet. Sistim belajar dari rumah lanjutnya, guru-guru akan memberikan materi /tugas pelajaran kepada siwa melalui WA, kemudian murid menjawabnya dibuku, kemudian dikumpul seminggu sekali dan ada juga hasil pekerjaan siswa difoto, lalu dikirim ke guru melalui WA.

Persoalan yang tak kalah seriusnya dikeluahkan sebagian besar para emak-emak yang mengaku mulai kewalahan jadi “guru” mendampingi putera dan puterinya belajar dari rumah. Sudah empat bulan ini, para ibu harus mendampingi putera atau puterinya khususnya yang masih dibangku Sekolah Dasar.

Para ibu menghabiskan waktu 2-4 jam lebih mendampingi anaknya belajar daring. Waktu yang seharusnya digunakan untuk memasak, mencuci dan berberes rumah tanggal kini tersita untuk mendampingi anak-anak belajar.

Seperti dituturkan Endang, pada awalnya dia sempat mengalami berbagai keluhan fisik seperti maag kambuh dan tensi naik karena belum sempat sarapan sduah mendampingi anak belajar.

“Alhamdulillah sekarang saya sudah terbiasa, sebelum pukul 06.00 sudah sarapan dan minum obat,” kata Endang. (leni)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved