Penghasilan Cuma Bergantung Pada Dunia Sepak Bola, Pemain MBU Sumringah Sambut Panggilan Manajemen

Menyambut panggilan bergabung kembali TC bersama tim per tanggal 3 Agustus membuat Stoper Tim Muba Babel United Bobby Satria bersukacita.

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: adi kurniawan
SRIPOKU.COM/Abdul Hafiz
Stoper Tim Muba Babel United Bobby Satria bersama istri dan ketiga putrinya di Pekanbaru Riau. 

Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Menyambut panggilan bergabung kembali TC bersama tim per tanggal 3 Agustus membuat Stoper Tim Muba Babel United Bobby Satria bersukacita.

"Menyikapi itu kita senang, kegiatan kita direstui kembali dengan mematuhi protokol kesehatan. Kalau bisa segeralah diputuskan aturannya. Apa yang diperlukan protokol kesehatan," ungkap Bobby kepada Sripoku.com.

Apalagi Bobby Satria yang kelahiran Padang 24 Agustus 1986 dan sempat menghuni di Sriwijaya FC hingga 3,5 musim ini mengaku penghasilannya hanya menggantungkan dari sepakbola selama pandemi Covid-19 atau Virus Corona yang melanda negeri ini.

Berbeda halnya dengan para pemain lainnya yang mencari kesibukan untuk menghasilkan tambahan penghasilan.

"Sekarang belum ada usaha lain. Jujur bergantung di sepakbola tadi. Makanya segera keputusan jalan hak dan pemain melakukan kewajiban untuk tim. Manajemen memberikan kewajibannya. Kita perlu kejelasan," katanya.

Ia pun menyadari di masa pandemi Covid-19 ini banyak yang terimbas perekonomiannya. Menurutnya semuanya dibuat repot.

Dirut RSUD Bari Palembang Sebut Sudah Ada 2 Jenazah Covid-19 Dimakamkan di TPU Biasa,Catat Syaratnya

Viral Foto Anjing Bernyanyi di Papua, tak Bisa Menggonggong dan Dianggap Anjing Paling Primitif

Kuota Internet Beratkan Orangtua, Pengamat Pendidikan: Perlu Adanya Bantuan Sosial dari Pemerintah

"Mau pengusaha kelas kakap juga kerepotan. Mudan mudaan dikeluarkannya kejelasan, pemain dan klub bisa bersinerji sama sama kewajibannya. Laksanakan dengan protokol kesehatan. yang dilawan virus gak kelihatan," ujarnya.

Menyikapi permasalahan ini diakui Bobby biasanya sebagian pemain ada tabungan. Tapi pemain Liga belum tentu. Untuk itulah harus pandai menabung memanfaatkan keadaan seperti ini.

"Kalau Liga 1 Indonesia aku rasa cukup. Kita gak tahu kedepan ada yang sudah beli mobil, bayar rumah, dikasihkan ke orangtua. Dengan tidak ada pemasukan, lain lagi kalau masih bisa Tarkam gak berhenti seperti tahun 2015 Candy Leg. Keramaian sekarang dilarang, gak boleh juga Tarkam. Mau gimana lagi keputusan PSSI," terangnya.

Bobby yang pernah juga memperkuat Persebaya Surabaya, Mitra Kukar, Bali United mengaku di usianya 33 tahun ini juga sudah terpikirkan untuk menata masa depannya.

"Dari dulu aku mentargetkan seminimalnya usia 35 tahun. Sambil rencana ikut lisensi kepelatihan. Biar bisa jadi asisten pelatih. Mau dipakai jadi pelatih apa gak nantinya, yang penting jalur ini kita siapkan. Sambil persiapkan dulu," kata Bobby.

Ia juga mengaku kepikiran untuk berdagang. Tapi lebih condong berencana membuka kontrakan kos kosan.

"Insya Allah buka usaha sambil jalan.Ada modal buka. Rumah petak kost-kostan kontrakan. Selain ngambil lisensi pelatih. Kita punya gelar pendidikan tapi belum pasti jadi pelatih. Ambil dulu lisensi, paling tidak kita punya ilmu," ujarnya.

Bobby sendiri mengaku selama libur pada masa pandemik Covid-19 ini menjaga ketiga putrinya di rumahnya Batu Karang Residence, Kawasan Panam, Pekanbaru Riau.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved