Profil John Kei Sang Godfather of Jakarta Dikenal Dermawan dan Jadi Pendeta Pasca dari Nusakambangan
John Kei mengaku menghabiskan masa-masa tersebut dengan membaca dan beribadah.
Kasus itu misalnya terungkap ketika Nyawa Ayung dihabisi di sebuah kamar hotel 2701 di kamar Swiss-Belhotel, Sawah Besar pada 27 Januari 2012 lalu.
Pada 27 Desember 2012, PN Jakpus menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara kepada John Kei.
Mahkamah Agung (MA) kemudian memperberat hukumannya menjadi 16 tahun penjara.
Pada 2 Maret 2014, John dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Ia bahkan sempat ditempatkan Lapas High Risk Nusakambangan selama satu bulan lebih.
John Kei mengaku menghabiskan masa-masa tersebut dengan membaca dan beribadah.
“Saya dulu tidak pernah ada waktu untuk ibadah. Tapi Nusakambangan membawa Tuhan hadir di diri saya,” kata John Kei dalam program Kick Andy.
Ia pun mengaku menyesal dengan perbuatannya dan ingin menghapus masa lalunya tersebut.
Dirinya juga ingin mendekatkan diri pada Tuhan dan meminta bantuan dari Tuhan agar mampu bertahan di masa hukumannya.
“Kalau saya mati, saya mau masuk surga. Bukan masuk neraka kerena bunuh diri,” katanya.
John bahkan sempat menjadi pengkhotbah dan memberikan pencerahan bagi narapidana lainnya.
Setelah itu, Jhon Kei baru menghirup udara bebas pada Kamis (26/12/2019) setelah mendapatkan pembebasan bersyarat.
6.Sosok Dermawan dan Ringan Tangan
Namun, dibalik kehidupan John Kei yang kelam, dia adalah sosok penyayang.
Contoh kedermawanan John, dengan adanya pembangunan sebuah gereja dan rumah pastor di kampung halamannya di Pulau Kei.
John di sana menjadi penasihat pembangunan gereja.
Kemudian membangun gereja, John juga memutuskan untuk membantu 20 rumah warga di Pulau Kei yang masih beratapkan jerami.
Selain itu John Kei juga sempat membantu Umar Kei, keponakan John Kei, dengan memberikan lampu-lampu taman di halaman masjid.
Sehingga tak heran, sosok John menjadi idola di keluarganya.(Tribunnews/berbagai sumber)