Virus Corona di Sumsel
Penjelasan Ahli Mikrobiologi Sumsel Soal Reaktif & Non Reaktif Rapid Test, Apa yang Harus Dilakukan?
Prof Yuwono, mengingatkan agar orang yang menunjukkan hasil non reaktif dari rapid test agar tidak berleha-leha.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Seorang ahli mikrobiologi kedokteran di Sumsel, Prof Yuwono, mengingatkan agar orang yang menunjukkan hasil non reaktif dari rapid test agar tidak berleha-leha.
Justru menurutnya, orang yang menunjukkan hasil non aktif dari rapid test harus lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap virus maupun kuman dibanding dengan orang yang menunjukkan hasil reaktif dari rapid test.
"Non reaktif ini justru harus lebih berhati-hati karena dia belum terpapar, 'culun' kalau bahasa kitanya.
Mohon maaf, orang culun kalau bahasa mentalkan bisa dibohongi orang. Nah kalau ini dibohongi sama kuman, bisa saja dia justru terpapar kuman," ujarnya, Rabu (3/6/2020).
• Anjlok Rp 17.000, Harga Emas Antam Kamis 4 Juni 2020 Berada di Angka Rp 887.000 per Gram
Yuwono menjelaskan, berdasarkan bidang keilmuan yang ditekuninya, hasil non reaktif dari rapid test mengartikan orang tersebut belum terpapar kuman.
"Di sini saya tidak ngomong Covid-19, bisa juga kuman atau virus yang lain. Atau memang imunitas orang itu tidak bagus.
Karena kalau imunitasnya bagus, pasti orang akan memberikan reaksi yang reaktif," ujar pria yang juga menjabat sebagai direktur utama RS Pusri tersebut.
Sedangkan apabila pemeriksaan rapid test menunjukkan hasil yang reaktif, maka orang tersebut berarti terpapar kuman.
"Kalau dia reaktifnya IgM atau imunoglobulin M, maka itu berarti dia terpapar kuman secara umum. Bukan cuma virus atau Covid-19. Bisa jadi sebagai contoh, kalau kamu rapid test dalam keadaan tivus, maka hasilnya pasti akan reaktif.
Itu kemungkinan IgM," ujarnya.
"Kalau dia reaktifnya IgG maka dia itu pernah terpapar kuman atau virus itu sudah lama, lebih dari 14 hari. Artinya orang itu sehat dengan imun yang bagus," imbuhnya.
• Pasca Melahirkan, Penampilan Anggita Sari Berubah Drastis Biasa Seksi Kini Eks Enji Baskoro Berhijab
Berdasarkan hal tersebutlah, Yuwono sangat menyayangkan aturan dari pemerintah RI yang memberlakukan isolasi bagi orang yang menunjukkan hasil reaktif.
"Karena kalau menurut saya berdasarkan keilmuan ini, justru mereka yang non reaktif yang seharusnya berhati-hati," ucapnya.
Maka dari itu, Yuwono menyarankan bila orang yang menunjukkan hasil reaktif dari rapid test, namun pada kenyataannya dalam keadaan sehat tanpa ada keluhan apapun, maka sebaiknya tidak perlu dilakukan uji swab.
Hal ini dikarenakan, hasil swab membutuhkan waktu yang bahkan informasi diterimanya bisa sampai 16 hari lamanya untuk keluar.