Virus Corona di Sumsel
IDI Palembang Cemaskan Angka Covid-19 di Kota Pempek yang Terus Bertambah Signifikan
"Bisa kita lihat beberapa hari ini jalan raya sudah kembali ramai, pasar-pasar juga sudah penuh lagi. Berbeda betul dengan waktu baru-baru diumumkan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang DR dr Zulkhair Ali SpPD, menyebut melonjaknya jumlah kasus positif Covid-19 atau Virus Corona di Palembang seirama dengan kembali ramainya kegiatan masyarakat yang beraktivitas di luar rumah.
"Bisa kita lihat beberapa hari ini jalan raya sudah kembali ramai, pasar-pasar juga sudah penuh lagi. Berbeda betul dengan waktu baru-baru diumumkan ada kasus positif di Palembang," ujarnya, Jumat (15/5/2020).
Sehari sebelumnya, juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumsel merilis adanya penambahan kasus positif yang terkonfirmasi.
• Heboh Seorang Wanita Muda Pakai Tank Top dan Rok Mini Menggulingkan Tubuh di Jalan Sambil Meracau
Update terbaru pada Kamis (14/5/2020), dari 119 tambahan kasus positif di Sumsel, 73 kasus berasal dari kota Palembang.
Sehingga sudah ada 239 kasus positif covid-19 di kota pempek.
Hal ini semakin menjadikan kota Palembang sebagai wilayah tertinggi dalam penyebaran Covid-19 dari 17 kabupaten kota di Sumsel.
Menurut Zulkhair, hal ini tentu sangat memprihatikan.
Sebab ditakutkan, semakin banyak kasus positif dapat membuat tenaga kesehatan menjadi kewalahan dengan terus melonjaknya jumlah pasien
"Karena walaupun sudah pakai APD lengkap, tetap saja kita tidak tahu celah-celah yang memungkinkan tenaga kesehatan ini tumbang.
Bisa karena lelah atau semakin tinggi resiko ikut terpapar Covid-19. Disisi lain juga, tenaga kesehatan kita ini tidak banyak dan pasti akan kewalahan bila pasiennya terus bertambah," ujarnya.
• Seorang Istri di Palembang Laporkan Suaminya ke Polisi, Dicekik Suami hingga tak Bisa Bernafas
Selain itu, lanjut dia, kembali ramainya aktivitas di luar rumah juga tidak terlepas dari anggapan di sebagian masyarakat yang menilai bahwa tenaga medis merupakan orang yang lebih cenderung terjangkit Virus Corona.
Sedangkan masyarakat umum dianggap sebagai orang yang memiliki risiko rendah dalam penularan virus tersebut.
"Padahal anggapan itu jelas salah. Semua orang memiliki risiko yang sama terhadap penularan Virus Corona," tegasnya.
"Terkait banyaknya tenaga medis yang diketahui positif, itu karena mereka diperiksa.
Sedangkan masyarakat umum banyak yang tidak periksa. Kita juga harus selalu waspada karena banyak sekali Orang Tanpa Gejala (OTG) yang otomatis tidak menyadari bahwa ternyata dia sudah terjangkit," ujarnya.
