Lama tak Digerakkan, Jam Kiamat Kini Hanya Tersisa 100 Detik Menuju Petaka, Terakhir Sebelum Corona

Jam kiamat ini dipublikasikan sebagai penelitian tentang "ancaman eksistensial buatan manusia seperti perang nuklir

Editor: Fadhila Rahma
Via Sosok.id
Konferensi pers di Washington DC dengan Jam Kiamat 

Baca Juga: Stiker Dirinya di Hand Sanitizer Pemberian Kemensos, Bupati Klaten Kena Peringatan Keras Dari Gubernur

Robinson mengatakan bahwa negara-negara yang tidak bertujuan untuk menghilangkan emisi gas rumah kaca yang memanaskan planet ini dan justru malah mengeksploitasi bahan bakar fosil, maka mereka sedang mengeluarkan “hukuman mati untuk kemanusiaan."

Selama senjata nuklir tersedia, maka tidak bisa dihindari mereka suatu hari nanti akan menggunakannya, "secara tidak sengaja, salah perhitungan atau desain", katanya.

The Guardian menyebutkan bahwa tahun lalu adalah rekor terpanas kedua di permukaan Bumi.

Suhu rata-rata 2019 adalah 1,1C lebih hangat dari rata-rata antara 1850 dan 1900, sebelum peningkatan penggunaan bahan bakar fosil.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Penerima Asimilasi, Habib Bahar bin Smith Tolak Untuk Keluar Penjara, Ternyata Ajarkan Ngaji Pada Seluruh Napi di Cibinong

Emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia berada di jalur untuk mendorong pemanasan ke 3 atau 4C.

Gangguan itu mengintensifkan cuaca ekstrem dan diperkirakan akan memperburuk kemiskinan dan kerusuhan global.

"Jika Bumi menghangat dengan apa yang kita anggap sebagai hanya beberapa derajat dan kehidupan manusia mendorong planet ke kebalikan dari Zaman Es, atau bahkan mendorong iklim di tengah jalan, kita tidak punya alasan untuk yakin bahwa dunia seperti itu akan tetap ramah terhadap peradaban manusia, ”kata Sivan Kartha, anggota dewan, ilmuwan senior di Stockholm Environment Institute dan penulis laporan penilaian kelima dan keenam dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim.

Seperti dikutip Sosok.ID, dilansir dari The Guardian, Sabtu (25/1/2020), Robert Latiff, anggota dewan dan pensiunan jenderal angkatan udara, mengatakan bahwa pemerintahan Trump "meremehkan pendapat ahli" mengancam tindakan pada perubahan iklim dan sejumlah masalah berbasis ilmu pengetahuan lainnya.

Teknologi dan perkembangan baru, hingga patogen berbahaya dan kecerdasan buatan, semua bisa mengancam perdamaian global yang rapuh.

Kebijakan-kebijakan Trump yang seringkali memicu hubungan tak damai di dunia, perlu diperbarui demi mencegah bencana.

Sementara keberadaan Doomsday clock adalah sebuah metafora yang dipantau oleh para ahli.

Mengikuti sebab dan akibat yang mengarah pada kehancuran dunia dalam ilmu pengetahuan, maka jarum jam ini akn digerakkan.

Sebagai sebuah pengingat bahaya yang perlu diwaspadai, dan harus kita atasi, jika masih berkenan hidup di bumi. (Rifka/Sosok.ID)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved